BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Diabetes
Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa
berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah
penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama
kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap
transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga
diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.
Di
Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60% wanita yang pernah
mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap diabetes
mellitus atau gangguan toleransi glukosa. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan
dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu dan 2 jam post prandial (pp). Bila
hasilnya belum dapat memastikan diagnosis DM, dapat diikuti dengan test
toleransi glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar glukosa darah sewaktu
melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai di bawah 100 mg% berarti bukan DM dan
bila nilainya diantara 100-200 mg% belum pasti DM. Pada wanita hamil, sampai
saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test tantangan glukosa yaitu
dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glikosa darah diukur 1 jam kemudian.
Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg% maka
dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi glukosa oral. Gangguan DM terjadi
2 % dari semua wanita hamil, kejadian meningkat sejalan dengan umur kehamilan,
tetapi tidak merupakan kecenderungan orang dengan gangguan toleransi glokusa ,
25% kemungkinan akan berkembang menjadi DM.
DM
gestasional merupakan keadaan yang perlu ditangani dengan professional, karena
dapat mempengaruhi kehidupan janin/ bayi dimasa yang akan dating, juga saat
persalinan.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana patofisilogis Diabetes Melitus
Gestasional ?
2. Bagaimana dampak Diabetes Melitus Gestasional
terhadap kehamilan ?
3.
Bagaimana
penatalaksanaan Diabetes Melitus Gestasional ?
C.
Tujuan
1. Mengetahui pengertian Diabetes Melitus
Gestasional
2. Mengetahui penyebab Diabetes Melitus
Gestasionalui
3. Mengetahui patofisiologi Diabetes Melitus
Gestasional
4. Mengetahui dampak Diabetes Melitus Gestasional
terhadap kehamilan
5. Mengetahui penatalaksanaan Diabetes Melitus
Gestasional
BAB II
ISI
A.
Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di
mana glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan
keadaan hiperglikemia. DM merupakan kelainan endokrin yang terbanyak dijumpai.
Yang paling sering terjadi yaitu: diabetes mellitus yang diketahui sewaktu
hamil yang disebut DM gestasional dan DM yang telah terjadi sebelum hamil yang
dinamankan DM pragstasi. Diabetes mellitus merupakan ganguan sistemik pada
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Diabetes mellitus ditandai dengan
hiperglikemia atau peningkatan glukosa darah yang diakibatkan produksi insulin
yang tidak adekuat atau penggunaan insulin secara tidak efektif pada tingkat
seluler. (Bobak. Lowdermilk, Jensen.2004. Edisi 4 hal 699)
B.
Pengertian
Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes
Mellitus Gestasional (DMG) adalah kelainan pada metabolisme karbohidrat dari
faktor yang memberatkan yang terjadi selama kehamilan (Marilyn, 2001).
Diabetes
Mellitus Gestational adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin
resistance (ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia). Kehamilan yang disertai diabetes mellitus merupakan kondisi yang
berisiko tinggi, oleh karena itu perlu penanganan dan pendekatan multidisiplin
untuk mencapai hasil akhir yang baik. Perawat yang memberikan asuhan
keperawatan kepada wanita diabetik yang sedang hamil harus memahami respon
fisiologis normal terhadap kehamilan dan perubahan metabolisme akibat diabetes,
perawat juga harus mengetahui implikasi– implikasi psikososial kehamilan
diabetik, sehingga ia dapat mengarahkan wanita yang sedang hamil dalam
perencanaan pengimplementasian dan pengevaluasian terhadap wanita dan
keluarganya.
Disebut
diabetes gestasional bila gangguan toleransi glukosa yang terjadi sewaktu hamil
kembali normal dalam 6 minggu setelah persalinan. dianggap diabetes mellitus
(jadi bukan gestasi) bila gangguan toleransi glukosa menetap setelah
persalinan. Pada golongan ini, kondisi diabetes dialami sementara selama masa
kehamilan. Artinya kondisi diabetes atau intoleransi glukosa pertama kali
didapati selama masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga.
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi
glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa
membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan
trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan
respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG
asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat
pemeriksaan rutin. Diabetes melitus gestational adalah keadaan intoleransi
karbohidrat dari seorang wanita yang diketahui pertama kali ketika dia sedang
hamil. Diabetes gestational terjadi karena kelainan yang dipicu oleh kehamilan,
diperkirakan karena terjadinya perubahan pada metabolisme glukosa.
Teori
yang lain mengatakan bahwa diabetes tipe 2 ini disebut sebagai “unmasked” atau
baru ditemukan saat hamil dan patut dicurigai pada wanita yang memiliki ciri
gemuk, riwayat keluarga diabetes, riwayat melahirkan bayi > 4 kg, riwayat
bayi lahir mati, dan riwayat abortus berulang. Angka lahir mati terutama pada
diabetes yang tidak terkendali dapat terjadi 10 kali dari normal.
Perubahan
metabolic selama dan setelah masa kehamilan
Kehamilan
normal dikatakan sebagai suatu kondisi diabetogenik, dimana kebutuhan akan
glukosa meningkat. Metabolisme maternal mengalami perubahan untuk memastikan
suplai glukosa yang adekuat dan konstan untuk perkembangan janin. Glukosa
maternal ditransfer ke janin melalui proses difusi-difasilitasi. Insulin ibu
tidak menembusd plasenta. Pada usia gentasi sepuluh minggu, janin meyekresi
insulinnya sendiri dengan kadar yang adekutat, yang memungkinnya menggunankan
glukosa yang diperoleh dari ibu.
Pada
trimester pertama kehamilan, kadar glukosa ibu menurun dengan cepat dibawah
kadar glukosa tidak hamil sampai antara 55 dan 65 mg/dl. Akibat pengaruh
estrogen dan progesterone, pancreas meningkatkan produksi insulin, yang
meningkatkan penggunaan glukosa. Pada saat yang sama, penggunaan glukosa oleh
janin meningkat, sehingga menurunkan kadar glukosa ibu. Selain itu, trimester
pertama juga ditandai dengan nausea, vomitus, dan penurunan asupan makanan
sehingga kadar glukosa ibu semakin menurun dan selama tri mester kedua dan
ketiga peningkatan kadar laktogen plasental human, estrogen, progesterone,
kortisol,prolaktin, dan insulin meningkatkan resistansi insulin melalui
kerjanya sebagai suatu antagonis. Resistansi insulin merupakan suatu mekanisme
penghematan glukosa yang memastikan suplai glukosa yang berlimpah untuk janin.
Kebutuhan ibu akan insulin meningkat sejak trimester ke II. Kebutuhan insulin
dapat meningkat 2-4 kali lipat pada kehamilan cukup bulan.
Pada
saat bayi lahir, lepasnya plasenta menyebabkan penurunan mendadak kadar hormone
plasenta, kortisol dan insulin yang bersirkulasi. Ke jaringan maternal dengan
cepat kembali peka terhadap insulin seperti pada periode sebelum hamil. Pada ibu
yagn tidak menyusui bayi, keseimbangan insulin – karbohidrat prakehamilan
biasanya dicapai kembali dalam sekitar 7-10 hari. Dalam laktasi, glukosa
maternal digunakan sehinggu kebutuhan insulin ibu yang menyusui ibu tetap
rendah selama 9 bulan. Setelah penyapihan berakhir, kebutuhan insulin ibu
kembali ke kebutuhan insulinnya sebelum hamil.
C.
Etilogi
Etiologi Diabetes Melitus menurut Kapita Selekta Jilid III, 2006, Yaitu :
- Faktor autoimun setelah infeksi mumps, rubella dan coxsakie B4.
- Genetik
Diabetes
mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes
mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes mellitus.
Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya
sangat kecil.
Secara
klinis, penyakit DM awalnya didominasi oleh resistensi insulin yang disertai
defect fungsi sekresi. Tetapi, pada tahap yang lebih lanjut, hal itu didominasi
defect fungsi sekresi yang disertai dengan resistensi insulin. Kaitannya dengan
mutasi DNA mitokondria yakni karena proses produksi hormon insulin sangat erat
kaitannya dengan mekanisme proses oxidative phosphorylation (OXPHOS) di dalam
sel beta pankreas. Penderita DM proses pengeluaran insulin dalam tubuhnya
mengalami gangguan sebagai akibat dari peningkatan kadar glukosa darah.
Mitokondria menghasilkan adenosin trifosfat (ATP). Pada penderita DM, ATP yang
dihasilkan dari proses OXPHOS ini mengalami peningkatan. Peningkatan kadar ATP
tersebut otomatis menyebabkan peningkatan beberapa senyawa kimia yang terkandung
dalam ATP. Peningkatan tersebut antara lain yang memicu tercetusnya proses
pengeluaran hormon insulin. Berbagai mutasi yang menyebabkan DM telah dapat
diidentifikasi. Kalangan klinis menyebutnya sebagai mutasi A3243G yang
merupakan mutasi kausal pada DM. Mutasi ini terletak pada gen penyandi ribo
nucleid acid (RNA). Pada perkembangannya, terkadang para penderita DM menderita
penyakit lainnya sebagai akibat menderita DM. Penyakit yang menyertai itu
antara lain tuli sensoris, epilepsi, dan stroke like episode. Hal itu telah
diidentifikasi sebagai akibat dari mutasi DNA pada mitokondria. Hal ini terjadi
karena makin tinggi proporsi sel mutan pada sel beta pankreas maka fungsi
OXPHOS akan makin rendah dan defect fungsi sekresi makin berat.
Prevalensi
mutasi tersebut biasanya akan meningkat jumlahnya bila penderita DM itu
menderita penyakit penyerta tadi.
3.
Kerusakan
/ kelainan pankreas sehingga Kekurangan produksi insulin
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas
juga dapat menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi
pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses
metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan
dislipidemia dapat meningkatkan resiko terkema diabetes mellitus.
4.
Meningkatnya
hormon antiinsulin seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol, dan epineprin.
- Obat-obatan.
Bahan-bahan
kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas, radang pada
pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak ada sekresi
hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis
residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.
Contohnya Minum soda dalam keadaan perut kososng (misalnya stelah berpuasa atau
waktu bangun tidur dipagi hari) juga harus dihindari. Sirup dengan kadar
fruktosa tinggi, soda, dan pemanis buatan yang terdapat dalam minuman soda
dapat merusak pangkreas yang menyebabkan meningkatnya berat badan, jika
kebiasaan ini diteruskan, lama kelamaan akan menderita penyakit DM. Penelitian
membuktikan bahwa perempuan yang mengkonsumsi soda lebih dari 1 kaleng per hari
memiliki resiko 2 kali terkena diabeters tipe 2 dalam jangka waktu 4 tahun
kedepannya.
6.
Wanita
obesitas
Sebenarnya
DM bisa menjadi penyebab ataupun akibat. Sebagai penyebab, obesitas menyebabkan
sel beta pankreas penghasil insulin hipertropi yang pada gilirannya akan
kelelahan dan “jebol” sehingga insulin menjadi kurang prodeksinya dan
terjadilah DM. Sebagai akibat biasanya akibat penggunaan insulin sebagai terapi
DM berlebihan menyebabkan penimbunan lemak subkutan yang berlebihan pula.
D. Patofisiologi
Dalam
kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat yang menunjang
pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat
berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam
darah janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tak dapat mencapai
janin, sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian
kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormone lain
seperti estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya resorpsi
makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan
insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali
dari keadaan normal. Hal ini disebut sebagai tekanan diabetojenik dalam
kehamilan. Secara fisiologik telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia
ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemi. Akan
tetapi, bila ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin, sehingga ia
relative hipoinsulin yang menyebabkan hiperglikemia atau diabetes kehamilan.
Pada
DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan
di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika
insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber
energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap
tinggi). Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi
janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan
kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga
hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik
(hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan
sebagainya.
Kelas
|
Karakteristik
|
Implikasi
|
Intoleransi
glukosa pada masa hamil
|
Toleransi glukosa abnormal selama
masa hamil; hiperglikemia pascaprandial selama masa hamil
|
Diagnosis sebelum usia gestasi 30 minggu
penting untuk mencegah makrosomia
Tangani dengan diet kalori yang adekuat untuk
mencegah penurunan berat badan ibu.
Sasaran yang dicapai : glukosa darah
pasccaprandial <130 mg/dl 1 jam setelah makan atau < 105 mg/dl 2
jam setelah makan. Apabila insulin dibutuhkan, tangani seperti penanganan
kelas B dan C
|
A
|
Diabetes
kimiawi yang didiagnosis sebelum masa hamil: diatasi hanya melalui upaya diet;
awitan dapat terjadi terjadi pada usia berapapun
|
Penatalaksanaan
sama dengan penanganan intoleransi glukosa pada kehamilan
|
B
|
Terapi
insulin yang dilakukan sebelum Masa hamil; awitan pada usia 20 tahun atau
lebih; durasi kurang 10 tahun
|
Sekresi
insulin endogen dapat menetap, resiko pada neonates dan janin sama dengan
resiko pada kelas C dan D begitu juga dengan penatalaksanaannya
|
C
|
Awitan
pada usia 10 sampai 20 tahun, atau durasi 10 sampai 20 tahun. Diabetes karena
kurang insulin
|
Diabetes
karena kurang binsulin dengan awitan pada masa kanak – kanak.
|
D
|
Awitan
sebelum usia 10 tahun samapai 20 tahun atau durasi 10 sampai 20 tahun
|
Makrosomia
janin atau retardasi pertumbuhan intrauterine dapat terjadi, mikroaneurisme
retina, dot-hemoragi, dan eksudat meningkat selama masa hamil., kemudian
menurun setelah melahirkan
|
F
|
Nefropati
diabetic disertai dengan proteinuria
|
Anemi
dan hipertensi umum terjadi, proteinuria meningkat pada trimester ke 3,
menurun setelah melahirkan. Retardasi pertumbuhan janin intrauterine umum
terjadi, angka kelangsungan hidup perinatal sekitar 85%. Apabila berada
dibawah kondisi optimal, tirah baring dibutuhkan
|
H
|
Penyakit
Arteri koroner
|
Resiko
maternal yang serius
|
R
|
Retinopati
proliferatif
|
Neovaskularisasi
disertai resiko hemoragi vitreus atau retina tanggal, foto koagulasi laser
bermanfaat aborsi biasanya tidak dibutuhkan, disertai proses aktif neo
vaskularisasi, mencegah usaha mengedan
|
E.
Faktor
Predisposisi / Faktor Resiko
Faktor Predisposisi diabetes mellitus pada
kehamilan :
1.
Riwayat obstetrik yang mencurigakan :
a.
Beberapa kali keguguran.
b.
Riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab yang jelas.
c.
Riwayat pernah melahirkan bayi 4000 gram
d.
Pernah mengalami toxemia gravidarum
e.
Polihidramnion
2.
Riwayat ibu yang mencurigakan :
a.
Umur ibu hamil > 30 tahun
b.
Riwayat DM dalam keluarga.
c.
Pernah DMG pada
kehamilan sebelumnya
d.
Obesitas.
e.
Berat badan ibu waktu lahir > 5 kg
f.
Infeksi saluran kemih berulang-ulang selama hamil.
3. Bersifat keturunan
4. Faktor autoimun setelah infeksi mumps,
rubella dan coxsakie B4.
5. Meningkatnya hormon antiinsulin seperti GH,
glukogen, ACTH, kortisol, dan epineprin.
F.
Komplikasi Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes mempengaruhi
timbulnya komplikasi dalam kehamilan sebagai berikut :
1.
Pengaruh dalam kehamilan
a.
Abortus dan partus prematurus.
b.
Pre-eklampsi
c.
Hidramnion
d.
Kelainan letak
e.
Insufisiensi plasenta
2.
Pengaruh dalam persalinan
a.
Gangguan
kontraksi otot rahim partus lama / terlantar.
b.
Janin besar sehingga harus dilakukan tindakan
operasi.
c.
Gangguan
pembuluh darah plasenta sehingga terjadi asfiksia sampai dengan lahir mati
d.
Perdarahan
post partum karena gangguan kontraksi otot rahim.
e.
Post partum
mudah terjadi infeksi.
f.
Bayi
mengalami hypoglicemi post partum sehingga dapat menimbulkan kematian
g.
Distosia bahu karena anak besar
h.
Lebih sering pengakhiran partus
dengan tindakan, termasuk seksio sesarea. Seksio sesaria merupakan penyakit
persalinan yang paling sering ditemukan. Dari sebanyak 40 pasien DMG yang
dipantau di klinik selama 3,5 tahun, Seksio sesaria dilakukan sebanyak 17,5 %.
i.
Angka kematian maternal lebih
tinggi
3.
Pengaruh dalam nifas
a.
Infeksi nifas/infeksi
puerperalis.
b.
Sepsis
c.
Menghambat penyembuhan luka
jalan lahir.
4.
Pengaruh Diabetes pada Bayi
a.
Kematian hasil konsepsi dalam
kehamilan muda mengakibatkan abortus.
b.
Cacat bawaan terutama pada
kelas D ke atas.
c.
Dismaturitas terutama pada
kelas D ke atas.
d.
Janin besar (makrosomia)
terutama pada kelas A-C.
e.
Kematian dalam kandungan (Intra
Uterin Fetal Death), biasanya pada kelas D ke atas.
f.
Kematian neonatal. Di klinik
yang maju sekalipun angka kematian dilaporkan berkisar antara 3-5 %.
g.
Kelainan neurologik dan
psikologik dikemudian hari.
G. Tanda dan Gejala Klinis
- Polifagia.
- Polidipsi
- Poliuria.
- Mata kabur .
- Pruritus vulva.
- Ketonemia.
- Lemas.
- Glikosuria.
- Gula darah 2 jam pp > 200 mg/dl.
- Kesemutan.
- Gula darah puasa > 126 mg/dl
- Gula darah sewaktu > 200 mg/dl.
- Gatal
H. PENATALAKSANAAN
Pengobatan dan penanganan penderita
diabetes yang hamil dilakukan untuk mencapai 3 maksud utama, yaitu:
1. Menghindari ketosis dan hipoglikemia.
2. Mengurangi terjadinya hiperglikemia dan
glisuria.
3. Mengoptimalkan gestasi.
Penanganan pada penderita DM meliputi:
1. Diet
Penderita harus mendapatkan lebih banyak
kalori karena berat badannya bertambah menurun. Penderita DM dengan berat badan
rata-rata cukup diberi diet yang mengandung 1200-1800 kalori sehari selama
kehamilan. Pemeriksaan urine dan darah berkala dilakukan untuk mengubah dietnya
apabila perlu. Diet dianjurkan ialah karbohidrat 40%, protein 2 gr/kg berat
badan, lemak 45-60gr. Garam perlu dibatasi untuk mengurangi kecenderungan
retensi air dan garam.
2. Olah raga
Wanita hamil perlu olah raga, tetapi
sekedar untuk menjaga kesehatannya. Kita tidak bisa memaksakan olah raga pada
ibu hamil hanya untuk menurunkan gula dalam darahnya.
3. Obat-obat antidiabetik
Selama kehamilan kadar darah diatur dengan
antidiabetik. Pemeriksaan kadar darah harus dilakukan lebih sering. Pemberian
suntikan insulin merupakan salah satu pengobatan bagi penderita penyakit DMG
untuk mengontrol kadar gula darahnya. Beberapa jenis obat-obat untuk penderita
DM yang dapat dikonsumsi dengan dimakan dan yang beredar di Indonesia hingga
saat ini memang tidak seluruhnya boleh diberikan pada ibu hamil, karena dapat
menimbulkan efek yang merugikan bagi janin yang dikandung. Misalnya menimbulkan
cacat bawaan pada janin. Pada trimester pertama paling sukar dilakukan
pengobatan karena adanya nausea dan vomitus. Pada timester kedua pengobatan
tidak begitu sukar lagi karena tidak perlu perubahan diet dan dosis
antidiabetik. Dalam trimester ketiga sering diperlukan lebih banyak
antidiabetik karena meningginya toleransi hidrat arang.
4. Diuretik
Jika ada hipertensi atau tanda-tanda
retensi cairan dianjurkan miskin garam. Jika ini tidak menolong dapat diberikan
deuretik.
5. Steroid-steroid seks
Sekresi estrogen berkurang pada wanita
hamil diabetik. Komplikasi pada fetus berkurang jika selama kehamilan diberi
estrogen dan progesteron dalan dosis besar.
6.
Penatalaksanaan
obstetric
Pada pemeriksaan antenatal dilakukan
pemantauan keadaanklinis ibu dan janin, terutama tekanan darah, pembesaran/ tinggi
fundus uteri, denyut jantung janin, kadar gula darah ibu, pemeriksaan USG dan
kardiotokografi (jika memungkinkan).
Pada tingkat Polindes dilakukan pemantauan
ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri dan mendengarkan denyut
jantung janin.
Pada tingkat Puskesmas dilakukan pemantauan
ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri dan mendengarkan denyut
jantung janin.
Pada tingkat rumah sakit, pemantauan ibu
dan janin dilakukan dengan cara :
a.
Pengukuran
tinggi fundus uteri
b.
USG
serial
c.
Penilaian
menyeluruh janin dengan skor dinamik janin plasenta (FDJP), nilai FDJP < 5
merupakan tanda gawat janin.
d.
Penilaian
ini dilakukan setiap minggu sejak usia kehamilan 36 minggu. Adanya makrosomia,
pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan gawat janin merupakan indikasi untuk
melakukan persalinan secara seksio sesarea.
e.
Pada
janin yang sehat, dengan nilai FDJP > 6, dapat dilahirkan pada usia
kehamilan cukup waktu (40-42 mg) dengan persalinan biasa. Pemantauan pergerakan
janin (normal >l0x/12 jam).
f.
Bayi
yang dilahirkan dari ibu DMG memerlukan perawatan khusus.
g.
Bila
akan melakukan terminasi kehamilan harus dilakukan amniosentesis terlebih
dahulu untuk memastikan kematangan janin (bila usia kehamilan < 38 mg).
h.
Kehamilan
DMG dengan komplikasi (hipertensi, preeklamsia, kelainan vaskuler dan infeksi
seperti glomerulonefritis, sistitis dan monilisasis) harus dirawat sejak usia
kehamilan 34 minggu. Penderita DMG dengan komplikasi biasanya memerlukan
insulin.
i.
Penilaian
paling ideal adalah penilaian janin dengan skor fungsi dinamik janin-plasenta
(FDJP).
1)
Persalinan
dilakukan:
a)
Pertahankan
sampai aterm dan spontan.
b)
Induksi
persalinan pada minggu 37-38.
c)
Primer
seksio sesarea.
2)
Penanganan
bayi dengan DM:
a)
Disamakan
dengan bayi prematur.
b)
Observasi
kemungkinan hipoglisemia.
c)
Perawatan
intensif: neonatus intensif unit care dengan pengawasan ahli
neonatologi.
I. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Diagnostik
a.
Adanya
kadar glukosa darah yang tinggi secara abnormal. Kadar gula darah pada waktu
puasa > 140 mg/dl. Kadar gula sewaktu >200 mg/dl.
b.
Tes
toleransi glukosa. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam pp >200
mg/dl.
c.
Glukosa
darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena,
serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode dengan deproteinisasi 5% lebih
tinggi daripada metode tanpa deproteinisasi
d.
Glukosa
urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-180% maka
sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam urin: + nilai
ambang ini akan naik pada orang tua. Metode yang populer: carik celup memakai
GOD.
e.
Benda
keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat cepat
didekrboksilasi menjadi aseton. Metode yang dipakai Natroprusid,
3-hidroksibutirat tidak terdeteksi
f.
Pemeriksan
lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah: (Kholesterol, HDL, LDL,
Trigleserid), Ffungsi hati, antibodi anti sel insula langerhans ( islet
cellantibody)
2.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
yang diperlukan adalah pemeriksaan kadar gula darah atau skrining glukosa
darah, ultrasonografi untuk mendeteksi adanya kelainan bawaan dan makrosomia,
Hemoglobin glikosida (HbA1c) yang menunjukkan control diabetik (HbA1c
lebih besar dari 8,5% khususnya sebelum kehamilan, membuat janin berisiko
anomaly kongenital).
J. Pencegahan
1. Mengurangi makan-makanan manis
2. Menjaga jumlah asupan makanan terutama
ketika trisemester ketiga kehamilan agar berat badan tidak bertambah, akan
tetapi ibu hamil tidak boleh sampai kekurangan makanan
3. Berolahraga dengan teratur serta melakukan
aktivitas fisik dari mulai yang ringan hingga sedang sehingga kalori yang tidak
diperlukan dalam tubuh akan terbakar dengan sendirinya.
K. Peran Bidan
Pada kasus ini bidan sangat berperan penting dalam
pencegahan penyakit diabetes mellitus gestational, selain memberikan konseling
bagi pasien, bidan juga berperan dalam mengevaluasi pemahaman pasien tentang
aturan diet.
1. Timbang berat badan pasien setiap kunjungan prenatal.
Penambahan berat badan
adalah kunci petunjuk untuk memutuskan penyesuaian kebutuhan kalori
2. Mengkaji masukan kalori dan pola makan dalam 24 jam.
Membantu dalam
mengevaluasi pemahaman pasien tentang aturan diet
3. Tinjau ulang dan berikan informasi mengenai perubahan yang
diperlukan pada penatalaksanaan diabetic.
Kebutuhan metabolism dari
janin dan ibu membutuhkan perubahan besar selama gestasi memerlukan pemantauan
ketat dan adaptasi
4. Tinjau ulang tentang pentingnya makanan yang teratur bila memakai
insulin.
Makan sedikit dan sering
menghindari hiperglikemia
5. Perhatikan adanya mual dan muntah khususnya pada trimester pertama.
Mual dan muntah dapat
menyebabkan defisiensi karbohidrat yang dapat mengakibatkan metabolism lemak
dan terjadi ketosis
6. Kaji pemahaman stress pada diabetic.
Stress dapat mengakibatkan
peningkatan kadar glukosa, menciptakan fluktuasi kebutuhan insulin.
7. Tinjau ulang dan diskusikan tanda gejala kepentingan hipoglikemia
dan hiperglikemia.
Hipoglikemia dapat terjadi
secara cepat dan berat pada trimester pertama karena peningkatan penggunaan
glukosa dan glikogen oleh ibu dan perkembangan janin.
Hiperglikemia berefek
terjadinya hidramnion.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes
mellitus gestasional adalah diabetes yang terjadi pada saat kehamilan, dan kemudian akan pulih kembali 6 minggu pasca
persalinan. Diabetes Melitus Gestasional perlu penanganan yang serius, karena
dapat mempengaruhi perkembangan janin, dan dapat mengancam kehidupan janin
kedepannya. sehingga perlu diberikan penatalaksaaan yang baik terhadap ibu
hamil dengan Diabetes Melitus, supaya tidak lagi terjadi berbagai komplikasi-komplikasi
yang tidak diinginkan.
B. Saran
Penulis berharap dengan makalah ini, semoga
mahasiswa dapat mengerti bagaimana asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan DM,
dan paham bagaimana patofiologi yang terjadi pada ibu hamil yang mengalami DM.
sehingga bisa berpikir kritis dalam melakukan tindakan kebidanan.
DAFTAR
PUSTAKA
Prawiroharjo, Sarwono. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka
Ikram, Ainal (2000) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes
Mellitus Pada Ibu Hamil jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
Mansjoer, A, (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid
1, Jakarta , Media Aesculapius.
Arjatmo,Tjokronegoro. (2002).
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Artikelnya bagus, minta izin buat di copy ya :)
BalasHapusTitanium G-Diamonding G-Diamonding G-Diamonding G-Diamonding G-Diamonding G-Diamonding
BalasHapusTitanium G-Diamonding titanium car G-Diamonding G-Diamonding G-Diamonding G-Diamonding G-Diamonding G-Diamonding G-Diamonding G-Diamonding G-Diamonding G-Diamonding where is titanium found G-Diamonding G-Diamonding G-Diamonding titanium shift knob G-Diamonding G-Diamonding G-Diamonding black oxide vs titanium drill bits G-Diamonding G-Diamonding G-Diamonding G titanium mountain bikes Rating: 4.9 · 1 review
u778w1xcrnn249 vibrators,sex chair,prostate massagers,anal toys,Clitoral Vibrators,cheap sex toys,dildos,dog dildo,dog dildo z830f0pxrtr276
BalasHapusg979w4lglah117 vibrators,dildo,custom sex doll,realistic dildo,realistic dildo,wholesale sex toys,sex chair,realistic dildo,male sex toys l385u9nwvpo094
BalasHapus