BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Amniotomi/pemecahan selaput ketuban dilakukan bila selaput
ketuban masih utuh, ada dorongan yang besar. Manfaat yang diperkirakan adalah persalinan
bertambah cepat, deteksi dini kasus pencemaran mekonium pada cairan amnion, dan
kesempatan untuk memasang elektroda ke janin serta memasukkan pressure catheter
ke dalam rongga uterus. Jika amniotomi dilakukan, harus diupayakan menggunakan teknik aseptik. Yang penting kepala janin harus
tetap berada di serviks dan tidak dikeluarkan dari panggul selama
prosedur; karena tindakan seperti itu akan menyebabkan prolaps tali pusat.
Selama selaput ketuban masih utuh, janin akan terhindar dari infeksi dan
asfiksia. Cairan amniotic berfungsi sebagai perisai yang melindungi janin dari
tekanan penuh dikarenakan kontraksi. Oleh karena itu perlu dihindarkan
amniotomi dini pada kala I. Biasanya,
selaput ketuban akan pecah secara spontan.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas
penulis dapat merumuskan permasalahannya yaitu "Bagaimana Teknik
Pelaksanaan Amniotomi pada Ibu Bersalin”.
C.
Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari materi ini adalah
untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Amniotomi pada ibu bersalin.
2.
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian Amniotomi
b. Untuk mengetahui jenis Amniotomi
c. Untuk mengetahui persiapan Amniotomi
d. Untuk mengetahui indikasi Amniotomi
e. Untuk mengetahui kontra indikasi
Amniotomi
f. Untuk mengetahui teknik Amniotomi
g. Untuk mengetahui keuntungan dan
kerugian Amniotomi
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Amniotomi
Amniotomi
adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat robekan kecil
yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya
tekanan di dalam rongga amnion (Sarwono, 2006). Tindakan ini umumnya dilakukan pada saat
pembukaan lengkap agar penyelesaian proses persalinan berlangsung sebagaimana
mestinya. Pada kondisi selektif, amniotomi dilakukan pada
fase aktif awal, sebagai upaya akselerasi persalinan. Pada kondisi demikian, dilakukan
penilaian serviks, penurunan bagian terbawah dan luas panggul, menjadi sangat
menentukan keberhasilan proses akselerasi persalinan.
B. Istilah
untuk menjelaskan penemuan cairan ketuban/selaput ketuban
Ada beberapa istilah dalam
nomenklatur kebidanan yang harus diketahui oleh
petugas kesehatan yang berhubungan dengan cairan selaput ketuban, yaitu:
1. Utuh (U)
Membran masih utuh, memberikan
sedikit perlindungan kepada bayi uterus, tetapi tidak memberikan informasi
tentang kondisi
2. Jernih (J)
Membran pecah dan tidak ada anoksia
3. Mekonium (M)
Cairan ketuban bercampur mekonium,
menunjukkan adanya anoksia/anoksia kronis pada bayi
4. Darah (D)
Cairan ketuban bercampur dengan
darah, bisa menunjukkan pecahnya pembuluh darah plasenta, trauma pada serviks
atau trauma bayi
5. Kering (K),
Kantung ketuban bisa menunjukkan
bahwa selaput ketuban sudah lama pecah atau postmaturitas janin.
C.
Beberapa Teori mengenai Amniotomi :
a.
Amniotomi dapat mengurangi beban rahim sebesar 40% sehingga
tenaga kontraksi rahim dapat lebih kuat untuk membuka servik.
b.
Amniotomi menyebabkan berkurangnya aliran darah didalam
rahim kira–kira 40 menit setelah amniotomi dikerjakan, sehingga berkurangnnya oksigenesi otot–otot rahim dan keadaan ini
meningkatkan kepekaan otot rahim.
c.
Amniotomi menyebabkan kepala dapat langsung menekan dinding
serviks dimana didalamnya terdapat banyak syaraf–syaraf yang merangsang kontraksi rahim
d.
Bila setelah amniotomi dikerjakan 6 jam kemudian, belum ada
tanda–tanda permulaan persalinan, maka harus diikuti dengan cara–cara lain untuk merangsang
persalinan, misalnya dengan infus oksitosin
e.
Pada amniotomi perlu diingat akan terjadinya penyulit–penyulit
sebagai berikut:
1)
Infeksi : Prolapsus funikuli (keluarnya
bagian-bagian janin)
2)
Gawat janin : Tanda–tanda solusio plasenta (bila ketuban
sangat banyakdan dikeluarkan secara tepat ).
D.
Jenis-jenis Amniotomi
Ada 2 jenis amniotomi, yaitu:
1.
Amniotomi untuk Augmentasi
Ini sering dilakukan apabila persalinan spontan yang
berlangsung terlalu lambat. Berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dari uji
coba klinis pada persalinan spontan dan dari induksi persalinan, besar
kemungkinan bahwa amniotomi akan meningkatkan kemajuan persalinan yang
disfungsional. Bahaya dilakukan tindakan ini adalah terjadinya molase dan infeksi.
2.
Amniotomi untuk Induksi
Dilakukan untuk menstimulasi mulainya proses persalinan.
Bisa berupa amniotomi saja atau dikombinasikan dengan induksi yang lain seperti
oksitosin
E.
Indikasi Amniotomi
1.
Induksi persalinan
2.
Persalinan dengan tindakan
3.
Untuk
pemantauan internal frekuensi denyut jantung janin secara elektronik apabila
diantisipasi terdapat gangguan pada janin.
4.
Untuk
melakukan penilaian kontraksi intra uterus apabila persalinan kurang memuaskan
5.
Amniotomi dilakukan jika ketuban belum pecah dan serviks
telah membuka sepenuhnya. Perlu diperhatikan indikasi amniotomi pada plasenta previa
:
a.
Plasenta previa lateralis/marginalis/letak rendah, bila
tidak ada pembukaan.
b.
Pada primigravida dengan plasenta previa
lateralis/marginalis dengan pembukaan >
4 cm.
c.
Plasenta previa lateralis/marginalis dengan janin yang sudah
meninggal.
F.
Kontra Indikasi
Amniotomi
1.
Bagian terendah janin masih tinggi
2.
Persalinan preterm
3.
Adanya infeksi vagina
4.
Polihidramnion
5.
Presentasi muka
6.
Letak lintang
7.
Placenta previa
8.
Vasa previa
G.
Persiapan
Alat
1. Persiapan ibu dan keluarga
2. Memastikan kebersihan ibu, sesuai
prinsip Pencegahan Infeksi (PI)
a. Perawatan sayang ibu
b. Pengosongan kandung kemih per 2 jam
c. Pemberian dorongan psikologis
3. Persiapan penolong persalinan
a. Perlengkapan pakaian
b. Mencuci tangan (sekitar 15 detik)
4. Persiapan peralatan
a. Ruangan
b. Penerangan
c. Tempat tidur
d. Handscoon
e. Klem setengah
kocher
f. Bengkok
g. Larutan klorin 0.5%
h. Pengalas
i. Bak instrument
H.
Teknik
Amniotomi
Berikut
cara-cara melakukan amniotomi yaitu :
1.
Bahas tindakan dan prosedur bersama keluarga
2.
Dengar DJJ dan catat pada
Partograf
3.
Bidan cuci tangan
4.
Gunakan handscoon DTT
5.
Diantara kontraksi, lakukan Pemeriksaan Dalam (PD), Jari
telunjuk dan jari tengah tangan kanan di masukkan kedalam jalan lahir sampai
sedalam kanalis servikalis, sentuh ketuban yang menonjol, pastikan kepala telah
engaged dan tidak teraba adanya tali pusat atau bagian-bagian kecil lainnya
(bila tali pusat dan bagian-bagian yang kecil dari bayi teraba, jangan pecahkan
selaput ketuban dan rujuk segera).
6.
Pegang 1/2 klem kocher/kelly memakai tangan yang lain, dan
memasukkan kedalam vagina dengan perlindungan 2 jari tangan kanan yang
mengenakan sarung tangan hingga menyentuh selaput ketuban dengan hati-hati.
Setelah kedua jari berada dalam kanalis servikalis, maka posisi jari
diubah sedemikian rupa, sehingga telapak
tangan menghadap kearah atas.
7.
Saat kekuatan his sedang berkurang tangan kiri kemudian
memasukan pengait khusus kedalam jalan lahir dengan tuntunan kedua jari yang
telah ada didalam. Tangan yang diluar kemudian memanipulasi pengait khusus
tersebut untuk dapat menusuk dan merobek selaput ketuban 1-2 cm hingga
pecah (dengan menggunakan separuh klem Kocher (ujung bergigi tajam, steril,
diasukkan kekanalis servikalis dengan perlindungan jari tangan.)
8.
Biarkan cairan ketuban membasahi jari tangan yang digunakan
untuk pemeriksaan
9.
Tarik keluar dengan tangan kiri 1/2 klem kocher/kelly dan
rendam dalamlarutan klorin 0,5%. Tetap pertahankan jari2 tangan kanan anda di
dalam vagina untuk merasakan turunnya kepala janin dan memastikan tetap
tidak teraba adanya tali pusat, setelah yakin bahwa kepala turun dan tidak
teraba talipusat, keluarkan jari tangan kanan dari vagina secara perlahan.
10. Evaluasi warna
cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium atau darah keluarnya mekonium atau air ketuban
yang bercampur mekonium pervaginam pada presentasi kepala merupakan gejala
gawat janin (fetal distress). Diduga ini sebagai hasil relaksasi spingter real
dan peristaltik yang bertambah sebagai akibat anoxis. Faktor-faktor
etiologisnya meliputi lilitan tali pusat, partus lama, toxemia gravidarum. Pada
sebagian kasus tidak diketahui penyababnya insidensi keluarnya mekonium adalah
sekitar 5%. Kalau ini merupakan satu-satunnya gejala maka kejadian lahir mati
(stillbirth) adalah jarang, tetapi jumlah bayi yang memerlukan resusitasi
lebih banyak dari pada insidensinya secara keseluruhan. Apabila terjadi
pengeluaran mekonium maka DJJ harus diamati dengan ketat.
Kalau ada perubahan yang berarti dalam irama dan frekuensinya maka mungkin
diperlukan persalinan segera untuk menyelamatkan bayinya. Meskipun
demikian pengeluaran mekonium sendiri bukan merupakan indikasi untuk
penyelesaian persalinan secara operatif.
11. Celupkan tangan yang masih
menggunakan sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% lalu lepaskan sarung
tangan dalam kondisi terbalik dan biarkan terendam dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.
12. Cuci kedua
tangan.
13. Periksa kembali Denyut Jantung
Janin.
14. Catat pada partograf waktu dilakukan
pemecahan selaput ketuban, warna airketuban
dan DJJ.
I.
Keuntungan
dan Kerugian Amniotomi
1.
Ada beberapa keuntungan dari amniotomi, yaitu:
a.
Memungkinkan pengamatan atas cairan amniotik terutama ada
atau tidaknya mekonium, dimana pemantauan DJJ secara terus menerus di
indikasikan, maka elektroda dapat diletakkaan langsung ke atas kulit kepala
janin, yang memungkinkan pelacakan yang lebih baik daripada yang
diperoleh dengan menempatkan elektroda diatas abdomen ibu.
b.
Kateter perekam bisa ditempatkan di dalam uterus dan dapat
mengukur tekanan intrauterin secara langsung dan akurat.
c.
Lamanya persalinan bisa diperpendek.
d.
Bukti-bukti yang ditemukan akhir ini menunjukkan bahwa
amniotomi dan stimulasi saluran genital bawah menyebabkan peningkatan
dalam prostaglandin, dan hal ini selanjutnya menyempurnakan
kontraksi uterus.
e.
Bagian terbawah janin yang berguna sebagai tampon akan
menekan plasenta yang berdarah dan perdarahan akan berkurang/berhenti.
f.
Partus berlangsung lebih cepat
g.
Bagian plasenta yang berdarah dapat
bebas mengikuti cincin gerakan dan regangan SBR sehingga tidak ada lagi
plasenta yang lepas
2.
Berikut beberapa kerugian dari tindakan amniotomi:
a.
Tekanan diferensial yang meningkat disekitar kepala janin
bisa menimbulkan cacatnya tulang kepala janin.
b.
Berkurangnya jumlah cairan amniotik bisa menambah kompresi
tali pusat.
c.
Amniotomi dini bisa mempercepat pembukaan cerviks, namun
bisa pula menyebabkan berkurangnya aliran darah ke plasenta. Jadi keuntungan
dalam bentuk persalian yang lebih pendek bisa terelakkan oleh efek merugikan
yang potensial bisa terjadi pada janin, seperti misalnya penurunan angka pH
darah. Beberapa penolong telah mencatat adanya perubahan dalam pola DJJ setelah
dilakukannya amniotomi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Amniotomi merupakan suatu tindakan untuk memecahkan
ketuban pada saat pembukaan sudah lengkap. Amniotomi artifisialisis dilakukan
dengan cara memecahkan ketuban
baik di bagian bawah depan (fore water) maupun dibagian belakang (hind water) dengan suatu alat khusus (drewsmith
catheter). Tindakan amniotomi perlu dilakukan apabila selaput ketuban belum
pecah dan pembukaan sudah lengkap. Perhatikan warna air ketuban yang keluar
saat dilakukan amniotomi. Jika terjadi pewarnaan mekonium pada air ketuban maka
lakukan persiapan pertolongan
bayi setelah lahir karena hal tersebut menunjukkan adanya
hipoksia dalam rahim atau selama proses persalinan.
B.
Saran
Dari hasil kesimpulan yang telah dikemukakan, maka dapat diberikan
saran-saran sebagai bahan masukan bagi pihak yang bersangkutan dalam rangka
meningkatkan kualitas dalam pelaksanaan Amniotomi kepada klien dan menambah
informasi dan wawasan.
1.
Bagi Instansi pendidikan
Disarankan agar mengembangkan pengetahuan tentang pelaksanaan Amniotomi
guna menunjuang peningkatan kualitas kesehatan ibu sehingga dapat menjadi
literature guna mendukung peningkatan kualitas pelayanan kesehatan khususnya
kesehatan ibu dalam persalinan.
2.
Bagi Profesi Kebidanan
Disarankan agar mengembangkan
pengetahuan kesehatan terkait pelaksanaan amniotomi terhadap klien guna
memonitoring perkembangan kesehatan ibu dalam persalinan.
3.
Bagi Pembaca
Disarankan agar memahami dan
memperluas wawasan mengenai pelaksaan Amniotomi ibu bersalin.
DAFTAR PUSTAKA
Johnson Ruth, dkk., 2004. Buku Ajar
Praktis Kebidanan. Jakarta : EGC
Sumarah, dkk., 2009. Perawatan Ibu
Bersalin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin). Jakarta : Fitramaya
Winknjosastro, Hanafi. 2007. Ilmu
Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Sujiyatini, dkk., 2011. Asuhan
Kebidanan II (Persalinan). Yogyakarta : Rohima Press
http://www.scribd.com/doc/93718641/Isi-makalah-2 di unduh pada tanggal 7 Oktober 2012
file:///D:/amniotomi/Manajemen-Asuhan-Kebidanan-Pada-Ibu-Bersalin.htm di unduh pada
tanggal 7 Oktober 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar