Berbagi ilmu dan pengetahuan yang kita miliki, bisa kasih komentar atau masukan disini :)

Kamis, 18 April 2013

Amniotomi (Pemecahan Selaput Ketuban)



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
         Amniotomi/pemecahan selaput ketuban dilakukan bila selaput ketuban masih utuh, ada dorongan yang besar. Manfaat yang diperkirakan adalah persalinan bertambah cepat, deteksi dini kasus pencemaran mekonium pada cairan amnion, dan kesempatan untuk memasang elektroda ke janin serta memasukkan pressure catheter ke dalam rongga uterus. Jika amniotomi dilakukan, harus diupayakan menggunakan teknik aseptik. Yang penting kepala janin harus tetap berada di serviks dan tidak dikeluarkan dari panggul selama prosedur; karena tindakan seperti itu akan menyebabkan prolaps tali pusat. Selama selaput ketuban masih utuh, janin akan terhindar dari infeksi dan asfiksia. Cairan amniotic berfungsi sebagai perisai yang melindungi janin dari tekanan penuh dikarenakan kontraksi. Oleh karena itu perlu dihindarkan amniotomi dini pada kala I. Biasanya, selaput ketuban akan pecah secara spontan.


B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis dapat merumuskan permasalahannya yaitu "Bagaimana Teknik Pelaksanaan Amniotomi pada Ibu Bersalin”.

C.  Tujuan Penulisan
1.  Tujuan Umum
Tujuan umum dari materi ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Amniotomi pada ibu bersalin.
2.  Tujuan Khusus
a.    Untuk mengetahui pengertian Amniotomi
b.    Untuk mengetahui jenis Amniotomi
c.    Untuk mengetahui persiapan Amniotomi
d.   Untuk mengetahui indikasi Amniotomi
e.    Untuk mengetahui kontra indikasi Amniotomi
f.     Untuk mengetahui teknik Amniotomi
g.    Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian Amniotomi


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Amniotomi
Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya tekanan di dalam rongga amnion (Sarwono, 2006). Tindakan ini umumnya dilakukan pada saat pembukaan lengkap agar penyelesaian proses persalinan berlangsung sebagaimana mestinya. Pada kondisi selektif, amniotomi dilakukan pada fase aktif awal, sebagai upaya akselerasi persalinan. Pada kondisi demikian, dilakukan penilaian serviks, penurunan bagian terbawah dan luas panggul, menjadi sangat menentukan keberhasilan proses akselerasi persalinan.

B.       Istilah untuk menjelaskan penemuan cairan ketuban/selaput ketuban
Ada beberapa istilah dalam nomenklatur kebidanan yang harus diketahui oleh petugas kesehatan yang berhubungan dengan cairan selaput ketuban, yaitu:
1.    Utuh (U)
Membran masih utuh, memberikan sedikit perlindungan kepada bayi uterus, tetapi tidak memberikan informasi tentang kondisi
2.    Jernih (J)
Membran pecah dan tidak ada anoksia
3.    Mekonium (M)
Cairan ketuban bercampur mekonium, menunjukkan adanya anoksia/anoksia kronis pada bayi
4.    Darah (D)
Cairan ketuban bercampur dengan darah, bisa menunjukkan pecahnya pembuluh darah plasenta, trauma pada serviks atau trauma bayi
5.    Kering (K),
Kantung ketuban bisa menunjukkan bahwa selaput ketuban sudah lama pecah atau postmaturitas janin.

C.              Beberapa Teori mengenai Amniotomi :
a.         Amniotomi dapat mengurangi beban rahim sebesar 40% sehingga tenaga kontraksi rahim dapat lebih kuat untuk membuka servik.
b.         Amniotomi menyebabkan berkurangnya aliran darah didalam rahim kira–kira 40 menit setelah amniotomi dikerjakan, sehingga berkurangnnya oksigenesi otot–otot rahim dan keadaan ini meningkatkan kepekaan otot rahim.
c.         Amniotomi menyebabkan kepala dapat langsung menekan dinding serviks dimana didalamnya terdapat banyak syaraf–syaraf yang merangsang kontraksi rahim
d.        Bila setelah amniotomi dikerjakan 6 jam kemudian, belum ada tanda–tanda permulaan persalinan, maka harus diikuti dengan cara–cara lain untuk merangsang persalinan, misalnya dengan infus oksitosin
e.         Pada amniotomi perlu diingat akan terjadinya penyulit–penyulit sebagai berikut:
1)      Infeksi           :  Prolapsus funikuli (keluarnya bagian-bagian janin)
2)  Gawat janin    : Tanda–tanda solusio plasenta (bila ketuban sangat banyakdan dikeluarkan secara tepat ).

D.      Jenis-jenis Amniotomi
Ada 2 jenis amniotomi, yaitu:
1.         Amniotomi untuk Augmentasi
Ini sering dilakukan apabila persalinan spontan yang berlangsung terlalu lambat. Berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dari uji coba klinis pada persalinan spontan dan dari induksi persalinan, besar kemungkinan bahwa amniotomi akan meningkatkan kemajuan persalinan yang disfungsional. Bahaya dilakukan tindakan ini adalah terjadinya molase dan infeksi.
2.         Amniotomi untuk Induksi
Dilakukan untuk menstimulasi mulainya proses persalinan. Bisa berupa amniotomi saja atau dikombinasikan dengan induksi yang lain seperti oksitosin

E.       Indikasi Amniotomi
1.         Induksi persalinan
2.         Persalinan dengan tindakan
3.         Untuk pemantauan internal frekuensi denyut jantung janin secara elektronik apabila diantisipasi terdapat gangguan pada janin.
4.         Untuk melakukan penilaian kontraksi intra uterus apabila persalinan kurang memuaskan
5.         Amniotomi dilakukan jika ketuban belum pecah dan serviks telah membuka sepenuhnya. Perlu diperhatikan indikasi amniotomi pada plasenta previa :
a.         Plasenta previa lateralis/marginalis/letak rendah, bila tidak ada pembukaan.
b.        Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis/marginalis dengan pembukaan > 4 cm.
c.         Plasenta previa lateralis/marginalis dengan janin yang sudah meninggal.

F.       Kontra Indikasi Amniotomi
1.         Bagian terendah janin masih tinggi
2.         Persalinan preterm
3.         Adanya infeksi vagina
4.         Polihidramnion
5.         Presentasi muka
6.         Letak lintang
7.         Placenta previa
8.         Vasa previa

G.      Persiapan Alat
1.    Persiapan ibu dan keluarga
2.    Memastikan kebersihan ibu, sesuai prinsip Pencegahan Infeksi (PI)
a.    Perawatan sayang ibu
b.    Pengosongan kandung kemih per 2 jam
c.    Pemberian dorongan psikologis
3.      Persiapan penolong persalinan
a.    Perlengkapan pakaian
b.    Mencuci tangan (sekitar 15 detik)
4.      Persiapan peralatan
a.    Ruangan
b.    Penerangan
c.    Tempat tidur
d.   Handscoon
e.    Klem setengah kocher
f.     Bengkok
g.    Larutan klorin 0.5%
h.    Pengalas
i.      Bak instrument

H.      Teknik Amniotomi
Berikut cara-cara melakukan amniotomi yaitu :
1.         Bahas tindakan dan prosedur bersama keluarga
2.         Dengar DJJ dan catat pada Partograf 
3.         Bidan cuci tangan
4.         Gunakan handscoon DTT
5.         Diantara kontraksi, lakukan Pemeriksaan Dalam (PD), Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan di masukkan kedalam jalan lahir sampai sedalam kanalis servikalis, sentuh ketuban yang menonjol, pastikan kepala telah engaged dan tidak teraba adanya tali pusat atau bagian-bagian kecil lainnya (bila tali pusat dan bagian-bagian yang kecil dari bayi teraba, jangan pecahkan selaput ketuban dan rujuk segera).
6.         Pegang 1/2 klem kocher/kelly memakai tangan yang lain, dan memasukkan kedalam vagina dengan perlindungan 2 jari tangan kanan yang mengenakan sarung tangan hingga menyentuh selaput ketuban dengan hati-hati. Setelah kedua jari berada dalam kanalis servikalis, maka posisi jari diubah sedemikian rupa, sehingga telapak tangan menghadap kearah atas.
7.         Saat kekuatan his sedang berkurang tangan kiri kemudian memasukan pengait khusus kedalam jalan lahir dengan tuntunan kedua jari yang telah ada didalam. Tangan yang diluar kemudian memanipulasi pengait khusus tersebut untuk dapat menusuk dan merobek selaput ketuban 1-2 cm hingga pecah (dengan menggunakan separuh klem Kocher (ujung bergigi tajam, steril, diasukkan kekanalis servikalis dengan perlindungan jari tangan.)
8.         Biarkan cairan ketuban membasahi jari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan
9.         Tarik keluar dengan tangan kiri 1/2 klem kocher/kelly dan rendam dalamlarutan klorin 0,5%. Tetap pertahankan jari2 tangan kanan anda di dalam vagina untuk merasakan turunnya kepala janin dan memastikan tetap tidak teraba adanya tali pusat, setelah yakin bahwa kepala turun dan tidak teraba talipusat, keluarkan jari tangan kanan dari vagina secara perlahan.
10.     Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium atau darah keluarnya mekonium atau air ketuban yang bercampur mekonium pervaginam pada presentasi kepala merupakan gejala gawat janin (fetal distress). Diduga ini sebagai hasil relaksasi spingter real dan peristaltik yang bertambah sebagai akibat anoxis. Faktor-faktor etiologisnya meliputi lilitan tali pusat, partus lama, toxemia gravidarum. Pada sebagian kasus tidak diketahui penyababnya insidensi keluarnya mekonium adalah sekitar 5%. Kalau ini merupakan satu-satunnya gejala maka kejadian lahir mati (stillbirth) adalah jarang, tetapi jumlah bayi yang memerlukan resusitasi lebih banyak dari pada insidensinya secara keseluruhan. Apabila terjadi pengeluaran mekonium maka DJJ harus diamati dengan ketat. Kalau ada perubahan yang berarti dalam irama dan frekuensinya maka mungkin diperlukan persalinan segera untuk menyelamatkan bayinya. Meskipun demikian pengeluaran mekonium sendiri bukan merupakan indikasi untuk penyelesaian persalinan secara operatif.
11.     Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% lalu lepaskan sarung tangan dalam kondisi terbalik dan biarkan terendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
12.     Cuci kedua tangan.
13.     Periksa kembali Denyut Jantung Janin.
14.     Catat pada partograf waktu dilakukan pemecahan selaput ketuban, warna airketuban dan DJJ.

I.         Keuntungan dan Kerugian Amniotomi
1.         Ada beberapa keuntungan dari amniotomi, yaitu:
a.         Memungkinkan pengamatan atas cairan amniotik terutama ada atau tidaknya mekonium, dimana pemantauan DJJ secara terus menerus di indikasikan, maka elektroda dapat diletakkaan langsung ke atas kulit kepala janin, yang memungkinkan pelacakan yang lebih baik daripada yang diperoleh dengan menempatkan elektroda diatas abdomen ibu.
b.         Kateter perekam bisa ditempatkan di dalam uterus dan dapat mengukur tekanan intrauterin secara langsung dan akurat.
c.         Lamanya persalinan bisa diperpendek.
d.        Bukti-bukti yang ditemukan akhir ini menunjukkan bahwa amniotomi dan stimulasi saluran genital bawah menyebabkan peningkatan dalam prostaglandin, dan hal ini selanjutnya menyempurnakan kontraksi uterus.
e.         Bagian terbawah janin yang berguna sebagai tampon akan menekan plasenta yang berdarah dan perdarahan akan berkurang/berhenti.
f.          Partus berlangsung lebih cepat
g.         Bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti cincin gerakan dan regangan SBR sehingga tidak ada lagi plasenta yang lepas

2.         Berikut beberapa kerugian dari tindakan amniotomi:
a.         Tekanan diferensial yang meningkat disekitar kepala janin bisa menimbulkan cacatnya tulang kepala janin.
b.        Berkurangnya jumlah cairan amniotik bisa menambah kompresi tali pusat.
c.         Amniotomi dini bisa mempercepat pembukaan cerviks, namun bisa pula menyebabkan berkurangnya aliran darah ke plasenta. Jadi keuntungan dalam bentuk persalian yang lebih pendek bisa terelakkan oleh efek merugikan yang potensial bisa terjadi pada janin, seperti misalnya penurunan angka pH darah. Beberapa penolong telah mencatat adanya perubahan dalam pola DJJ setelah dilakukannya amniotomi.




BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Amniotomi merupakan suatu tindakan untuk memecahkan ketuban pada saat pembukaan sudah lengkap. Amniotomi artifisialisis dilakukan dengan cara memecahkan ketuban baik di bagian bawah depan (fore water) maupun dibagian belakang (hind water) dengan suatu alat khusus (drewsmith catheter). Tindakan amniotomi perlu dilakukan apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap. Perhatikan warna air ketuban yang keluar saat dilakukan amniotomi. Jika terjadi pewarnaan mekonium pada air ketuban maka lakukan persiapan pertolongan bayi setelah lahir karena hal tersebut menunjukkan adanya hipoksia dalam rahim atau selama proses persalinan.

B.       Saran
Dari hasil kesimpulan yang telah dikemukakan, maka dapat diberikan saran-saran sebagai bahan masukan bagi pihak yang bersangkutan dalam rangka meningkatkan kualitas dalam pelaksanaan Amniotomi kepada klien dan menambah informasi dan wawasan.
1.         Bagi Instansi pendidikan
Disarankan agar mengembangkan pengetahuan tentang pelaksanaan Amniotomi guna menunjuang peningkatan kualitas kesehatan ibu sehingga dapat menjadi literature guna mendukung peningkatan kualitas pelayanan kesehatan khususnya kesehatan ibu dalam persalinan.
2.         Bagi Profesi Kebidanan
Disarankan agar mengembangkan pengetahuan kesehatan terkait pelaksanaan amniotomi terhadap klien guna memonitoring perkembangan kesehatan ibu dalam persalinan.

3.         Bagi Pembaca
Disarankan agar memahami dan memperluas wawasan mengenai pelaksaan Amniotomi ibu bersalin.


DAFTAR PUSTAKA

Johnson Ruth, dkk., 2004. Buku Ajar Praktis Kebidanan. Jakarta : EGC
Sumarah, dkk., 2009. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin). Jakarta : Fitramaya
Winknjosastro, Hanafi. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Sujiyatini, dkk., 2011. Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Yogyakarta : Rohima Press
http://www.scribd.com/doc/93718641/Isi-makalah-2 di unduh pada tanggal 7 Oktober 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar