Berbagi ilmu dan pengetahuan yang kita miliki, bisa kasih komentar atau masukan disini :)

Sabtu, 11 Mei 2013

Hipotermi



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
            Kondisi terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di dalam tubuh ibunya, suhu tubuh fetus selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan dengan ibunya sudah terputus dan neonatus harus mempertahankan suhu tubuhnya sendiri melalui aktifitas metabolismenya.Perubahan kondisi terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di dalam tubuh ibunya, suhu tubuh fetus selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan dengan ibunya sudah terputus dan neonatus harus mempertahankan suhu tubuhnya sendiri melalui aktifitas metabolismenya.

            Semakin kecil tubuh neonatus, semakin sedikit cadangan lemaknya. Semakin kecil tubuh neonatus juga semakin tinggi rasio permukaan tubuh dengan massanya. Temperatur rektal biasanya lebih rendah 1-2 oF atau 0,556- 1,112 oC di banding suhu inti tubuhnya. Suhu membran timpani sangat akurat karena telinga tengah mempunyai sumber vascular yang sama sebagaimana vaskular yang menuju hipotalamus.
            Suhu permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan perubahan suhu lingkungan. Sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun pada pediatrik, pengaturan tersebut masih belum matang dan belum efisien. Oleh sebab itu pada pediatrik ada lapisan yang penting yang dapat membantu untuk mempertahankan suhu tubuhnya serta mencegah kehilangan panas tubuh yaitu rambut, kulit dan lapisan lemak bawah kulit. Ketiga lapisan tersebut dapat berfungsi dengan baik dan efisien atau tidak bergantung pada ketebalannya. Sayangnya sebagian besar pediatrik tidak mempunyai lapisan yang tebal pada ketiga unsur tersebut.
            Transfer panas melalui lapisan pelindung tersebut dengan lingkungan berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama panas inti tubuh disalurkan menuju kulit. Tahap kedua panas tubuh hilang melalui radiasi, konduksi, konveksi atau evaporasi.
            Semakin kecil tubuh neonatus, semakin sedikit cadangan lemaknya. Semakin kecil tubuh neonatus juga semakin tinggi rasio permukaan tubuh dengan massanya. Temperatur rektal biasanya lebih rendah 1-2 oF atau 0,556- 1,112 oC di banding suhu inti tubuhnya. Suhu membran timpani sangat akurat karena telinga tengah mempunyai sumber vascular yang sama sebagaimana vaskular yang menuju hipotalamus

B.       Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian hipotermi ?
2.      Bagaimana anatomi-fisiologi hipotermi ?
3.      Bagaimana tanda dan gejala klinis hipotermi ?
4.      Apa penyebab terjadinya hipotermi ?
5.      Bagaimana mekanisme kehilangan panas pada BBL ?
6.      Bagaimana patofisiologi hipotermi ?
7.      Apa saja jenis-jenis hipotermi ?
8.      Bagaimana penatalaksanaan hipotermi ?

C.      Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian hipotermi
2.      Untuk mengetahui anatomi-fisiologi hipotermi
3.      Untuk mengetahui tanda dan gejala klinis hipotermi
4.      Untuk mengetahui penyebab terjadinya hipotermi
5.      Untuk mengetahui mekanisme kehilangan panas pada BBL
6.      Untuk mengetahui patofisiologi hipotermi
7.      Untuk mengetahui jenis-jenis hipotermi
8.      Untuk mengetahui penatalaksaan hipotermi



BAB II
TINJAUAN TEORI

A.      Pengertian
Ada beberapa definisi mengenai hipotermia antara lain:
1.    Hipotermia adalah keadaan dimana seorang bayi baru lahir gagal mempertahankan suhu tubuh dalam batasan normal 36,5-37,5ºC.
2.    Hipotermia adalah keadaan dimana seorang bayi baru lahir mengalami atau berisiko mengalami penurunan suhu tubuh terus-menerus dibawah 35, 5ºC per rektal karena peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor eksternal.
3.    Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin.

B.       Anatomi Fisiologi
            Suhu normal pada neonatus berkisar antara 36,50C - 37,50C pada suhu ketiak. Gejala awal hipotermia apabila suhu < 360C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 320C - < 360C). Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 320C. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 250C. Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.
            Yang menjadi prinsip kesulitan sebagai akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi hipoksia), terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis anaerobik, dan menurunnya simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak dengan turunnya berat badan yang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan intake kalori.


C.      Tanda dan Gejala Klinis
Berikut beberapa gejala bayi terkena hipotermia,yaitu :
1.        Suhu tubuh bayi turun dari normalnya.
2.        Bayi tidak mau minum atau menetek.
3.        Bayi tampak lesu atau mengantuk saja.
4.        Tubuh bayi teraba dingin.
5.        Dalam keadaan berat denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh mengeras (sklerema).
6.        Kulit bayi berwarna merah muda dan terlihat sehat.
7.        Lebih diam dari biasanya.
8.        Hilang kesadaran.
9.        Pernapasannya cepat.
10.    Denyut nadinya melemah.
11.    Gangguan penglihatan.
12.    Pupil mata melebar (dilatasi) dan tidak bereaksi.

Tanda-tanda klinis hipotermia:
1.        Hipotermia sedang:
a.    Kaki teraba dingin
b.    Aktifitas berkurang, letargis
c.    Kemampuan menghisap lemah
d.   Tangisan lemah
e.    Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata
2.        Hipotermia berat
a.    Sama dengan hipotermia sedang
b.    Pernafasan lambat tidak teratur
c.    Bibir dan kuku kebiruan
d.   Bunyi jantung lambat
e.    Mungkin timbul hipoglikemi dan asidosisi metabolic
f.     Risiko untuk kematian bayi

3.        Stadium lanjut hipotermia
a.    Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
b.    Bagian tubuh lainnya pucat
c.    Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan    (sklerema)

Menurut tingkat keparahannya, Gejala Klinis hipotermia dibagi menjadi 3 ,
1.        Mild atau ringan
a.    Sistem saraf pusat: amnesia, apati, terganggunya persepsi halusinasi
b.    Cardiovaskular: denyut nadi cepat lalu berangsur melambat, meningkatnya tekanandarah,
c.    Penafasan: nafas cepat lalu berangsur melambat,
d.   Saraf dan otot: gemetar, menurunnya kemampuan koordinasi otot
2.        Moderate, sedang
a.    Sistem saraf pusat: penurunan kesadaran secara berangsur, pelebaran pupil
b.    Cardiovaskular: penurunan denyut nadi secara berangsur
c.    Pernafasan: hilangnya reflex jalan nafas(seperti batuk, bersin)
d.   Saraf dan otot: menurunnya reflex, berkurangnya respon menggigil, mulai munculnya kaku tubuh akibat udara dingin
3.        Severe, parah
a.    Sistem saraf pusat: koma,menurunnya reflex mata(seperti mengdip
b.    Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur, menghilangnya tekanan darah sistolik
c.    Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen
d.   Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer

D.      Etiologi Hipotermi
Berikut penyebab terjadinya penurunan suhu tubuh pada bayi :
1.         Jaringan lemak subkutan tipis.
2.         Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.
3.         Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.
4.         BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan. (Indarso, F, 2001).
5.         Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko tinggi mengalami hipotermi. ( Klaus, M.H et al, 1998)
6.         Ketika bayi baru lahir tidak segera dibersihkan, terlalu cepat dimandikan, tidak segera diberi pakaian, tutup kepala, dan dibungkus, diletakkan pada ruangan yang dingin, tidak segera didekapkan pada ibunya, dipisahkan dari ibunya, tidak segera disusui ibunya.
7.         Bayi berat lahir rendah yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2,5 kg atau bayi dengaan lingkar lengan kurang dari 9,5 cm atau bayi dengan tanda-tanda otot lembek, kulit keriput.
8.         Bayi lahir sakit seperti asfiksia, infeksi sepsis dan sakit berat.

Neonatus mudah sekali terkena hipotermi yang disebabkan oleh:
1.         Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna
2.         Permukaan tubuh bayi relatif lebih luas
3.         Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas
4.         Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakainnya agar dia tidak kedinginan
5.         Keadaan yang menimbulkan kehilangan panas yang berlebihan, seperti lingkungan dingin, basah, atau bayi yang telanjang,cold linen, selama perjalanan dan beberapa keadaan seperti mandi, pengambilan sampel darah, pemberian infus, serta pembedahan. Juga peningkatan aliran udara dan penguapan.
6.         Ketidaksanggupan menahan panas, seperti pada permukaan tubuh yang relatif luas, kurang lemak, ketidaksanggupan mengurangi permukaan tubuh, yaitu dengan memfleksikan tubuh dan tonus otot yang lemah yang mengakibatkan hilangnya panas yang lebih besar pada BBLR.
7.         Kurangnya metabolisme untuk menghasilkan panas, seperti defisiensi brown fat, misalnya bayi preterm, kecil masa kelahiran, kerusakan sistem syaraf pusat sehubungan dengan anoksia, intra kranial hemorrhage, hipoksia, dan hipoglikemia

E.       Mekanisme Kehilangan Panas pada BBL
a.    Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Bayi yang diletakkan di atas meja, tempat tidur atau timbanganyang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas tubuh akibat proses konduksi
b.   Konveksi
Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga dapat terjadi jika ada tiupan kipas angin, aliran udara atau penyejuk ruangan.
Suhu udara di kamar bersalin tidak boleh kurang dari 20 0C dan sebaiknya tidak berangin. Tidak boleh ada pintu dan jendela yang terbuka. Kipas angin dan AC yang kuat harus cukup jauh dari area resusitasi. Troli resusitasi harus mempunyai sisi untuk meminimalkan konveksi udara sekitar bayi.
c.    Evaporasi
Evaporasi adalah cara kehilangan panas yang utama pada tubuh bayi. Kehilangan panas terjadi karena meguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Hal yang sama dapat terjadi setelah bayi dimandikan. Bayi baru lahir yang dalam keadaan basah kehilangan panas dengan cepat melalui cara ini. Karena itu bayi harus dikeringkan seluruhnya, termasuk kepala dan rambut, sesegera mungkin setelah dilahirkan. Lebih baik lagi menggunakan handuk hangat untuk mencegah kehilangan panas secara konduksi.
d.   Radiasi
Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi yang ditempatkan dekat benda yang mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dari temperatur tubuh bayi. Bayi akan mengalami kehilangan panas melalui cara ini meskipun benda yang lebih dingin tersebut tidak bersentuhan langsung dengan tubuh bayi.

F.       Patofisiologi
1.    Hipoglikemi
2.    Asidosis metabolik, karena vasokonstrtiksi perifer denganmetabolisme anaerob.
3.    Kebutuhan oksigen yang meningkat.
4.    Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.
5.    Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal yang menyertai hipotermi berat.
6.    Shock.
7.    Apnea.
8.    Perdarahan Intra Ventricular.




G.      Jenis-jenis Hipotermi
Beberapa jenis hipotermia, yaitu
1.    Accidental hypothermia terjadi ketika suhu tubuh inti menurun hingga <35°c.>
2.    Primary accidental hypothermia merupakan hasil dari paparan langsung terhadap udara dingin pada orang yang sebelumnya sehat.
3.    Secondary accidental hypothermia merupakan komplikasi gangguan sistemik (seluruh tubuh) yan serius. Kebanyakan terjadinya di musim dingin (salju) dan iklim dingin.

Berdasarkan kejadiannya, hipotermia dibagi atas:
1.    Hipotermia sepintas
            Yaitu penurunan suhu tubuh 1–2 derajat Celsius sesudah lahir. Suhu tubuh akan menjadi normal kembali sesudah bayi berumur 4-8 jam, bila suhu lingkungan diatur sebaik-baiknya. Biasanya hal ini terdapat pada BBLR, hipoksia (suatu keadaan dimana suplai oksigen tidak mencukupi untuk keperluan sel, jaringan atau organ), ruangan tempat bersalin yang dingin, bila bayi tidak segera dibungkus setelah lahir, terlalu cepat dimandikan (kurang dari 4 jam sesudah lahir), dan pemberian morfin pada ibu yang sedang bersalin.
2.    Hipotermia akut
            Terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6-12 jam. Umumnya terdapat pada bayi dengan BBLR di ruang tempat bersalin yang dingin, inkubator yang tidak cukup panas, kelalaian terhadap bayi yang akan lahir, yaitu diduga mati dalam kandungan tetapi ternyata hidup dan sebagainya. Gejalanya adalah lemah, gelisah, pernapasan dan bunyi jantung lambat serta kedua kaki dingin. Terapi yang dilakukan adalah dengan segera memasukkan bayi ke dalam inkubator yang suhunya telah diatur menurut kebutuhan bayi dan dalam keadaan telanjang supaya dapat diawasi dengan teliti.

3.    Hipotermia sekunder
            Penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh suhu lingkungan yang dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, sindrom gangguan pernapasan dengan hipoksia atau hipoglikemia, perdarahan intra-kranial tranfusi tukar, penyakit jantung bawaan yang berat, dan bayi dengan BBLR serta hipoglikemia. Pengobatannya ialah dengan mengobati penyebabnya, misalnya dengan pemberian antibiotik, larutan glukosa, oksigen, dan sebagainya. Pemeriksaan suhu tubuh pada bayi yang sedang mendapat tranfusi tukar harus dilakukan beberapa kali karena hipotermia harus diketahui secepatnya. Bila suhu tubuh bayi sekitar 32 derajat Celsius, tranfusi tukar harus dihentikan untuk sementara waktu sampai suhu tubuh menjadi normal kembali.
4.    Cold injury
            Yaitu hipotermia yang timbul karena terlalu lama dalam ruangan dingin (lebih dari 12 jam). Gejalanya ialah lemah, tidak mau minum, badan dingin,  suhu berkisar antara 29,5–35 derajat Celsius, tak banyak bergerak, edema, serta kemerahan pada tangan, kaki, dan muka seolah-olah bayi dalam keadaan sehat; pengerasan jaringan subkutis.

H.      Pencegahan Hipotermi
            Pemberian panas yang mendadak, berbahaya karena dapat terjadiapnea sehingga direkomendasikan penghangatan 0,5-1°C tiap jam (pada bayi < 1000 gram penghangatan maksimal 0,6 °C). (Indarso, F. 2001). Alat-alatInkubator Untuk bayi < 1000  gram, sebaiknya diletakkan dalam inkubator.
            Bayi-bayi tersebut dapat dikeluarkan dari inkubator apabila tubuhnya dapattahan terhadap suhu lingkungan 30°C. Radiant Warner Adalah alat yang digunakan untuk bayi yang belum stabil atau untuk tindakan-tindakan. Dapat menggunakan servo controle (dengan menggunakan probe untuk kulit) ataunon servo controle (dengan mengatur suhu yang dibutuhkan secara manual).
Menurut Indarso, F (2001) menyatakan bahwa pengelolaan bayi hipotermi :

1.    Bayi cukup bulan:
a.    Letakkan BBL pada Radiant Warner. 
b.    Keringkan untuk menghilangkan panas melalui evaporasi.
c.    Tutup kepala.
d.   Bungkus tubuh segera.
e.    Bila stabil, dapat segera rawat gabung sedini mungkin setelah lahir bayi dapat disusukan.

2.    Bayi sakit:
a.       Seperti prosedur di atas.
b.      Tetap letakkan pada radiant warmer sampai stabil. Bayi kurang bulan (prematur)
c.       Masukkan ke inkubator dengan servo controle atau radiantwarner dengan servo controle.

3.      Bayi yang sangat kecil:
a.       Dengan radiant warner yang diatur dimana suhu kulit 36,5°C. Tutup kepala. Kelembaban 40-50%. Dapat diberi plastik padaradiant warner. Dengan servo controle suhu kulit abdomen36,5°C.  Dengan dinding double. 
b.      Kelembaban 40-50% atau lebih (bila kelembaban sangat tinggi, dapat dipakai sebagai sumber infeksi dan kehilangan panas berlebihan). Bila temperatur sulit dipertahankan, kelembaban dinaikkan. Temperatur lingkungan yang dibutuhkan sesuai umur dan berat bayi


I.         Penatalaksanaan Neonatus dengan Resiko Tinggi
Penatalaksanaan Neonatus Resiko Tinggi : Mempertahankan SuhuTubuh Untuk Mencegah Hipotermi Menurut Indarso, F (2001) menyatakan bahwa untuk  mempertahankan suhu tubuh bayi dalam  mencegah hipotermi adalah :
Mengeringkan bayi segera setelah lahir Cara ini merupakan salah satu dari 7 rantai hangat:
a.    Menyiapkan tempat melahirkan yang hangat, kering dan bersih.
b.    Mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir/ air ketuban segera setelah lahir dengan handuk yang kering dan bersih.
c.    Menjaga bayi hangat dengan cara mendekap bayi di dada ibu dengan keduanya diselimuti (Metode Kangguru).
d.   ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar dapat merangsang rooting reflex dan bayi memperoleh kalori dengan :
1)   Menyusui bayi.
2)   Pada bayi kurang bulan yang belum bisa menetek ASIdiberikan dengan sendok atau  pipet.
3)   Selama memberikan ASI bayi dalam dekapan ibu agar tetap  hangat.
e.    Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan pada waktu  rujukan.
f.     Memberikan penghangatan pada bayi baru lahir secara mandiri.
g.    Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan. Menunda memandikan bayi lahir sampai suhu tubuh normal Untuk mencegah terjadinya serangan dingin, ibu/keluarga dan penolong persalinan harus menunda memandikan bayi.
1)   Pada bayi lahir sehat yaitu cukup bulan, berat < 2500gram, langsung menangis kuat, memandikan bayi ditunda  24 jam setelah kelahiran. Pada saat memandikan bayi, gunakan air hangat.
2)   Pada bayi lahir dengan resiko, keadaan umum bayi lemah atau bayi dengan berat lahir 2000 gram sebaiknya jangan dimandikan. Tunda beberapa hari sampai keadaan umum membaik yaitu bila suhu tubuh stabil, bayi sudah  lebih kuat dan dapat menghisap ASI dengan baik.
     

J.        Penanganan Hipotermi
Beberapa cara untuk menangani hipotermi pada bayi adalah:
1.    Bayi yang mengalami hipotermi biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan yang harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi didalam inkubator atau melalui penyinaran lampu.
2.    Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan setiap orang ialah metode dekap, yaitu bayi diletakkan telungkup dalam dekapan ibunya dan keduanya diselimuti agar bayi senantiasa hangat.
3.    Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang diseterika terlebih dahulu yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukan berulang kali sampai tubuh bayi hangat. Tidak boleh memakai  buli-buli panas, bahaya luka bakar.
4.    Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia sehingga bayi harus diberi ASI  sedikit-sedikit dan sesering mungkin. Bila bayi tidak dapat menghisap beri infus glukosa 10%  sebanyak 60-80 ml/kg per hari

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
            Hipotermia adalah keadaan dimana seorang bayi baru lahir gagal mempertahankan suhu tubuh dalam batasan normal 36,5-37,5ºC. Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin.
            Hipotermia bisa menyebabkan hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah), asidosis metabolik (keasaman darah yang tinggi) dan kematian.Tubuh dengan cepat menggunakan energi agar tetap hangat, sehingga pada saat kedinginan bayi memerlukan lebih banyak oksigen. Karena itu, hipotermia bisa menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke jaringan.

B.       Saran
1.         Bidan dan tenaga kesehatan lainnya
Dalam memberikan asuhan kebidanan harus sesuai standar manajemen kebidanan, sehingga masalah yang dihadapi klien teratasi.
2.         Klien
Klien hendaknya bersifat kooperatif dengan tenaga kesehatan dan mengikuti segala saran dan nasehat dari tenaga kesehatan.
3.         Pembaca
Kami menyarankan supaya pembaca tidak hanya berpatokan pada makalah  kami ini saja untuk dijadikan bahan belajar. Alangkah baiknya bila para pembaca mencari bahan-bahan yang berkaitan dengan makalah kami ini pada buku sumber yang lain atau pada media lainnya. Sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan para pembaca tentang Hipotermi.


DAFTAR PUSTAKA


Sudarti. 2010. Kelainan dan Penyakit pada Bayi dan Anak. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Nuha Medika
Sudarti dan Afroh F. 2012. Buku Ajar : Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita.Cetakan I. Yogyakarta : Nuha Medika
Saifuddin, Abdul Bari (ed). 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Cetakan Keduabelas. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Varney, Helen. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Jakrta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.  Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
http://www.scribd.com/doc/82458946/makalah-Hipotermi, diunduh pada tanggal 11 Maret 2013




Tidak ada komentar:

Posting Komentar