BAB
I
PENDAHULUAN
A
Latar
Belakang
Berkembangnya teknologi sistem informasi, maka penyajian informasi yang
cepat dan efisien sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Perkembangan teknologi
yang semakin pesat saat ini menuntut diubahnya pencatatan manual menjadi sistem
yang terkomputerisasi. Demikian juga halnya pembayaran pasien pada suatu Rumah
Sakit. Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan umum di bidang
kesehatan membutuhkan keberadaan suatu sistem informasi yang akurat, handal,
serta cukup memadai untuk meningkatkan pelayanannya kepada para pasien serta
lingkungan yang terkait lainnya. Sistem informasi rumah sakit digunakan untuk
mempermudah dalam pengelolaan data pada rumah sakit. Sistem ini seharusnya
sudah menggunakan metode komputerisasi. Karena dengan penggunakan metode
komputerisasi, proses penginputan data, proses pengambilan data maupun proses
pengupdate-an data menjadi sangat mudah, cepat dan akurat.
Internet merupakan jaringan
komputer yang dapat menghubungkan perusahaan dengan domain publik, seperti
individu, komunitas, institusi, dan organisasi. Jalur ini merupakan jalur
termurah yang dapat digunakan institusi untuk menjalin komunikasi efektif
dengan konsumen. Mulai dari tukar menukar data dan informasi sampai dengan
transaksi pembayaran dapat dilakukan dengan cepat dan murah melalui internet.
Kecepatan evolusi
teknologi informasi dalam memanfaatkan internet untuk mengembangkan jaringan
dalam manajemen database sangat ditentukan oleh kesiapan manajemen dan
ketersediaan sumber daya yang memadai. Namun evolusi tersebut bukan pula
berarti bahwa institusi yang bersangkutan harus secara sekuensial mengikuti
tahap demi tahap yang ada, namun bagi mereka yang ingin menerapkan manajemen database
dengan “aman” dan “terkendali”, alur pengembangan aplikasi secara bertahap
merupakan pilihan yang baik.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian sistem
informasi dan manajemen data kesehatan ?
2.
Apakah manfaat sistem informasi
kesehatan ?
3.
Bagaimana prinsip-prinsip
penyelenggaraan informasi kesehatan ?
4.
Apa saja ruang lingkup informasi
kesehatan ?
5.
Bagaimana kegiatan manajemen data
?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian
sistem informasi dan manajemen data kesehatan
2.
Untuk mengetahui manfaat sistem
informasi kesehatan
3.
Untuk menegetahui prinsip-prinsip
penyelenggaraan informasi kesehatan
4.
Untuk mengetahui ruang linkup
informasi kesehatan
5.
Untuk mengetahui kegiatan
manajemen data
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Sistem Informasi Kesehatan
Sistem informasi
kesehatan merupakan integrasi antara perangkat,
prosedur dan kebijakan yang digunakan untuk mengelola siklus informasi
secara sistematis untuk mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan yang terpadu
dan menyeluruh dalam kerangka pelayanan kesehatan masyarakat. seluruh tingkat
pemerintah dalam rangka penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat. Perturan
perundangundangan yang menyebutkan sistem informasi kesehatan adalah Kepmenkes
Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi bidang
kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk
pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota.
Perkembangan Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis computer (Computer
Based Hospital Information System) di Indonesia telah dimulai pada akhir
dekade 80’an. Salah satu rumah sakit yang pada waktu itu telah memanfaatkan
komputer untuk mendukung operasionalnya adalah Rumah Sakit Husada
Menurut WHO, sistem informasi
kesehatan merupakan salah satu dari 6 “building block” atau komponen utama
dalam sistem kesehatan di suatu Negara. Keenam komponen (building block) sistem
kesehatan tersebut adalah:
1.
Service delivery (pelaksanaan pelayanan kesehatan)
2.
Medical product, vaccine, and technologies (produk medis,
vaksin, dan teknologi kesehatan)
3.
Health worksforce (tenaga medis)
4.
Health system financing (system pembiayaan kesehatan)
5.
Health information system (sistem informasi kesehatan)Leadership
and governance (kepemimpinan dan pemerintah)
B. Manfaat Sistem Informasi
Kesehatan
Begitu banyak manfaat Sistem
Informasi Kesehatan yang dapat membantu para pengelola program kesehatan,
pengambil kebijakan dan keputusan pelaksanaan di semua jenjang administrasi
(kabupaten atau kota, propvinsi dan pusat) dan sistem dalam hal berikut :
1.
Mendukung manajemen kesehatan
2.
Mengidentifikasi masalah dan kebutuhan
3.
Mengintervensi masalah kesehatan berdasarkan prioritas
4.
Pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan kesehatan
berdasarkan bukti (evidence-based decision)
5.
Mengalokasikan sumber daya secara optimal
6.
Membantu peningkatan efektivitas dan efisiensi
7.
Membantu penilaian transparansi
C. Prinsip-prinsip penyelenggaraan
informasi kesehatan
1. Mencakup
seluruh data yang terkait dengan kesehatan, baik yang berasal dari sektor
kesehatan atau pun dari berbagai sektor pembangunan lain.
2. Mendukung
proses pengambilan keputusan diberbagai jenjang administrasi kesehatan.
3. Disediakan
sesuai dengan kebutuhan informasi untuk pengambilan kepeutusan.
4. Disediakan
harus akurat dan disajikan secara cepat dan tepat waktu dengan mendayagunakan
teknologi informasi dan komunikasi.
5. Pengelolaan
informasi kesehatan harus dapat memadukan pengumpulan datamelalui cara-cara
rutin (yaitu pencatatan dan pelaporan) dan cara-cara non rutin (yaitu survei
dan lain-lain).
6. Akses
terhadap informasi kesehatan harus memperhatikan aspek kerahasiaan yang berlaku
dibidang kesehatan dan kedokteran.
D.
Tujuan Pengembangan
Sistem Informasi Kesehatan
Melalui
hasil pengembangan sistem informasi diatas, maka diharapkan dapat menghasilkan
hal-hal sebagai berikut:
1.
Perangkat lunak
tersebut dikembangkan sesuai dengan sesuai dengan standar yang ditentukan oleh
pemerintah daerah.
2.
Dengan menggunakan
open system tersebut diharapkan jaringan akan bersifat interoperable dengan
jaringan lain.
3.
Sistem informasi
kesehatan terintegrasi ini akan mensosialisasikan dan mendorong pengembangan
dan penggunaan Local Area Network di dalam kluster unit pelayanan
kesehatan baik pemerintah dan swasta sebagai komponen sistem di masa depan.
4.
Sistem informasi
kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan kemampuan dalam teknologi
informasi video, suara, dan data nirkabel universal di dalam Wide Area
Network yang efektif, homogen dan efisien sebagai bagian dari jaringan
sistem informasi pemerintah daerah.
5.
Sistem informasi
kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan, mengembangkan dan memelihara
pusat penyimpanan data dan informasi yang menyimpan direktori materi teknologi
informasi yang komprehensif.
6.
Sistem informasi
kesehatan terintegrasi ini akan secara proaktif mencari, menanalisis, memahami,
menyebarluaskan dan mempertukarkan secara elektronis data/informasi bagi
seluruh stakeholders
7.
Sistem informasi
kesehatan terintegrasi ini akan memanfaatkan website dan access point lain agar
data kesehatan dan kedokteran dapat dimanfaatkan secara luas dan bertanggung
jawab dan dalam rangka memperbaiki pelayanan kesehatan sehingga kepuasan
pengguna dapat dicapai sebaik-baiknya
8.
Sistem informasi
kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan pengembangan manajemen SDM sistem
informasi mulai dari rekrutmen, penempatan, pendidikan dan pelatihan, penilaian
pekerjaan, penggajian dan pengembangan karir.
9.
Sistem informasi
kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan unit organisasi pengembangan dan
pencarian dana bersumber masyarakat yang berkaitan dengan pemanfaatan dan
penggunaan data/informasi kesehatan dan kedokteran.
10.
Dapat digunakan untuk
mengubah tujuan, kegiatan, produk, pelayanan organisasi, untuk mendukung agar
organisasi dapat meraih keunggulan kompetitif.
11. Mengarah pada peluang-peluang strategis yang dapat
ditemukan.
E.
Ruang Lingkup Sistem
Informasi Kesehatan
Ruang
lingkup Aplikasi Sistem Informasi Kesehatan, mencakup pengelolaan informasi
dalam lingkup manajemen pasien (front office management). Lingkup
ini antara lain sebagai berikut:
1.
Registrasi Pasien,
yang mencatat data/status pasien untuk memudahkan pengidentifikasian maupun
pembuatan statistik dari pasien masuk sampai keluar. Modul ini meliputi
pendaftaran pasien baru/lama, pendaftaran rawat inap/jalan, dan info kamar
rawat inap.
2.
Rawat
Jalan/Poliklinik yang tersedia di rumah sakit, seperti: penyakit dalam, bedah,
anak, obstetri dan ginekologi, KB, syaraf, jiwa, THT, mata, gigi dan mulut,
kardiologi, radiologi, bedah orthopedi, paru-paru, umum, UGD, dan lain-lain
sesuai kebutuhan. Modul ini juga mencatat diagnose dan tindakan terhadap pasien
agar tersimpan di dalam laporan rekam medis pasien.
3.
Rawat Inap. Modul ini
mencatat diganosa dan tindakan terhadap pasien, konsultasi dokter, hubungan
dengan poliklinik/penunjang medis.
4.
Penunjang
Medis/Laboratorium, yang mencatat informasi pemeriksaan seperti: ECG, EEG, USG,
ECHO, TREADMIL, CT Scan, Endoscopy, dan lain-lain.
5.
Penagihan dan
Pembayaran, meliputi penagihan dan pembayaran untuk rawat jalan, rawat inap dan
penunjang medis (laboratorium, radiologi, rehab medik), baik secara langsung
maupun melalui jaminan dari pihak ketiga/asuransi/JPKM. Modul ini juga mencatat
transaksi harian pasien (laboratorium, obat, honor dokter), daftar piutang,
manajemen deposit dan lain-lain.
6.
Apotik/Farmasi, yang
meliputi pengelolaan informasi inventori dan transaksi obat-obatan.
Melalui
lingkup manajemen pasien tersebut dapat diperoleh laporan-laporan mengenai:
1.
Pendapatan rawat inap
dan jalan secara periodik (harian, bulanan dan tahunan),
2.
Penerimaan kasir
secara periodik,
3.
Tagihan dan kwitansi
pembayaran pasien,
4.
Rekam medis pasien,
5.
Data kegiatan rumah
sakit dalam triwulan (RL1),
6.
Data morbiditas
pasien rawat inap (RL2a),
7.
Data morbiditas
pasien rawat jalan (RL2b),
8.
Manajemen
ketersediaan obat pada bagian farmasi/apotik,
9.
Penerimaan kasir pada
bagian farmasi/apotik,
10.
Data morbiditas
penyakit khusus pasien rawat inap (RL2a1),
11.
Data morbiditas
penyakit khusus pasien rawat jalan (RL2b1),
Untuk
memudahkan penyajian informasi tersebut, maka laporan-laporan tersebut dapat
diekspor ke berbagai macam format antara lain:
1.
Comma separated value
(CSF), Data Interchange Format (DIF),
2.
Excel (XLS versi 2.1,
3.0, 4.0, 5.0, dan 5.0 tabular),
3.
HTML 3.0 (draft
standard), 3.2 (extended & standard),
4.
Lotus 1-2-3 (WK1,
WK3, WK5),
5.
ODBC,
6.
Rich Text Format (RTF),
7.
ext,
8.
Word for Windows
Document.
F. Pengembangan
Sistem Informasi Rumah Sakit
Pengembangan
diarahkan pada subsistem yang mempunyai dampak yang kuat terhadap pengembangan
SIRS. Atas dasar dari penetapan kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS
tersebut di atas, selanjutnya ditetapkan sasaran pengembangan sebagai
penjabaran dari Sasaran Jangka Pendek Pengembangan SIRS, sebagai berikut:
1.
Memiliki aspek
pengawasan terpadu, baik yang bersifat pemeriksaan tau pengawasan (auditable)
maupun dalam hal pertanggungjawaban penggunaan dana (accountable) oleh
unit-unit yang ada di lingkungan rumah sakit.
2.
Terbentuknya sistem
pelaporan yang sederhana dan mudah dilaksanakan, akan tetapi cukup lengkap dan
terpadu.
3.
Terbentuknya suatu
sistem informasi yang dapat memberikan dukungan akan informasi yang relevan,
akurat dan tepat waktu melalui dukungan data yang bersifat dinamis.
4.
Meningkatkan
daya-guna dan hasil-guna seluruh unit organisasi dengan menekan pemborosan.
5.
Terjaminnya
konsistensi data.
6.
Orientasi ke masa
depan.
7.
Pendayagunaan
terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi yang telah ada maupun sedang
dikembangkan, agar dapat terus dikembangkan dengan mempertimbangkan
integrasinya sesuai Rancangan Global SIRS.
SIRS
merupakan suatu sistem informasi yang cakupannya luas (terutama untuk rumah
sakit tipe A dan B) dan mempunyai kompleksitas yang cukup tinggi. Oleh karena
itu penerapan sistem yang dirancang harus dilakukan dengan memilih pentahapan
yang sesuai dengan kondisi masing-masing subsistem, atas dasar kriteria dan
prioritas yang ditentukan.
G. Sistem Informasi Puskesmas
Pada manajemen ditingkat puskesmas
dalam rangkat terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat perlu ditunjang dengan
manajemen puskesmas yang baik.
Manajemen puskesmas adalah rangkaiaan
kegiatan yang bekerja secara sistematis utuk menghasilkan iuran puskesmas yang
efektif dan efisien. Rangkaian kegiatan yang sistematis dilaksanakan oleh
puskesmas dengan memperhatikan fungsi-fungsi manajemen. Pada tahap fungsi
pelaksanaan dan pengendalian dilakukan kegiatan pemantauan yaitu sesuatu
penyelenggaran kegiatan yang harus diikuti secara berkala. Salah satu kegiatan
adalah telahan internal yaitu telahan bulanan terhadp penyelenggara kegiatan
dan hasil yang dicapai oleh puskesmas, dibandingkan dengan rencana dan setandar
pelayanan.
Data yang dipergunakan diambil dari
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas atau SIMPUS yang berlaku. Sisem informasi
manajemen puskesmas adalah suatu tatanan yang menyediakan informasi untuk
proses pengambilan keputusan dalam melaksanakan manajemen puskesmas dalam
mencapai sasaran kegiatannya.
Sumber informasi dari SIMPUS adalah:
1.
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas atau SP2TP
terdiri dari catatan dari kartu individu, rekam kesehatn keluarga dan buku
register, laporan bulanan, laporan tahunan dan KLB.
2.
Survei lapangan
3.
Laporan lintas sektor
4.
Laporan sarana kesehatan swasta
Pada fungsi Pengawasan dilakukan
penilaian atau evaluasi yaitu proses kegiatan untuk membandingkan antara hasil
yang telah dicapai dengan rencana yang telah ditentukan. Penilaian merupakan
alat penting untuk membantu pengambilan keputusan sejak tingkat perumusan
kebijakan maupun pada tingkat pelaksanan program.
H. Sistem Informasi KIA
Penerapan sistem informasi pelayanan
kesehatan ibu dan bayi untuk mendukung evaluasi program KIA puskesmas
menggunakan pendekatan paralel yaitu pendekatan yang dilakukan dengan
mengoperasikan sistem yang baru bersama-sama dengan sistem yang lama selama satu
periode waktu tertentu.
Kedua sisitem ini dioperasikan
bersama-sama untuk meyakinkan bahwa sistem yang baru telah benar-benar
beroperasi dengan suskses sebelum sistem lama dihentikan. Penerapan sistem
informasi pelayanan kesehatan ibu dan bayi utuk mendukung evaluasi program KIA
puskesmas dilakukan sesuai dengan rancangan multiuser. Adapun prosedurna
sebagai berikut:
1.
Pasien didaftar kebagian pendaftaran, kemudian bagian
pendaftaran meneruskan pencatatan status pasien kepada bagian pengelola data
KIA.
2.
Kemudian pasien menuju bagian pengelola data KIA, dan
dilakukan pengisian data pasien sesuai kebutuhan melalui input data master ibu,
kecamatan, petuas, vitamin, imunisasi, tempat pelayanan data ibu hamil, data
persalinan, data bayi, dat kunjungan ibu dan data kunjungan bayi.
3.
Setelah beberapa waktu yang ditentukan penanggungjawab
program KIA dapatmelakukan pengisian data sesuai dengan pelayanan yang
diberikan baik kepada ibu maupun bayi.
4.
Dari data yang telah terisis tersebut diperoeh isian laporan
bulanan kegiatan KIA dipuskesmas dalam waktu kurun tertentu.
I.
Rencana Sistem
Informasi KIA
Rencana sistem informasi layanan
kesehatan ibu dan bayi untuk mendukung evaluasi program KIA puskesmas:
1.
Basis yang dikembangkan adalah berupa master data yang
bersifat statis yaitu kecamatan, puskesmas, desa, proyeksi penduduk, petugas,
vitamin, imunisasi, tempat pelayanan,
dan data ibu/calon ibu. Dan dikembangkan basis data dinamis berupa
file-file pada kegiatan transaksi.
2.
Input pengelola data KIA berupa master data kecamatan,
puskesmas, desa, proyeksi penduduk,
petugas, vitamin, imunisasi, tempat pelayanan,
dan data ibu/calon ibu.
3.
Output yang dihasilkan berupa laporan meliputi: laporan
bulanan KIA, laporan bulanan PWS KIA anak PWS KIA ibu, laporan bulanan SPM,
laporan bulanan kelahiran dan kematian, lapran bulanan penemuan kasus BBLR,
laporan penemuan tetanis neonatorum, laporan bulanan kematian ibu, laporan
bulanan register kematian perinatal (0-7) hari, laporan bulanan rekapitulasi
lacakan kematian neonatal.
4.
Antar muka memberikan bentuk tambil awal bagu user untuk
memulai bekerja dengan komputer.
5.
Sistem Informasi Pelayanan KIA di Puskesmas
Hasil sistem informasi kesehatan ibu dan bayi untuk
mendukung evaluasi program KIA puskesmas.
J.
Permasalahan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia
Permasalahan mendasar Sistem
Informasi Kesehatan di Indonesia saat ini antara lain :
1.
Faktor Pemerintah
a. Standar SIK belum ada sampai
saat
b. Pedoman SIK sudah ada tapi belum
seragam
c. Belum ada rencana kerja SIK
nasional
d. Pengembangan SIK di kabupaten atau
kota tidak seragam
2.
Fragmentasi
a. Terlalu banyak sistem yang
berbeda-beda di semua jenjang administasi (kabupaten atau kota, provinsi dan
pusat), sehingga terjadi duplikasi data, data tidak lengkap, tidak valid dan
tidak conect dengan pusat.
b. Kesenjangan aliran data
(terfragmentasi, banyak hambatan dan tidak tepat waktu)
c. Hasil penelitian di NTB membuktikan
bahwa : Puskesmas harus mengirim lebih dari 300 laporan dan ada 8 macam
software RR sehingga beban administrasi dan beban petugas terlalu tinggi. Hal
ini dianggap tidak efektif dan tidak efisien.
d. Format pencatatan dan pelaporan
masih berbeda-beda dan belum standar secara nasional.
3.
Sumber daya masih minim
K. Perkembangan Sistem Informasi
Kesehatan di Indonesia
Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia
telah dan akan mengalami 3 pembagian masa sebagai berikut :
1.
Era Manual (sebelum 2005)
a. Aliran data terfragmentasi. Aliran
data dari sumber data (fasilitas kesehatan) ke pusat melalui berbagai jalan.
b. Data dan informasi dikelola dan
disimpan oleh masing-masing Unit di Departemen Kesehatan.
c. Bentuk data : agregat.
d. Sering terjadi duplikasi dalam
pengumpulan data.
e. Sangat beragamnya bentuk laporan.
f. Validitas diragukan.
g. Data sulit diakses.
h. Karena banyaknya duplikasi,
permasalahan kelengkapan dan validitas, maka data sulit dioah dan dianalisis.
i. Pengiriman data masih banyak
menggunakan kertas sehingga tidak ramah lingkungan.
2.
Era Transisi (2005 – 2011)
a. Komunikasi data sudah mulai
terintegrasi (mulai mengenal prinsip 1 pintu, walau beberapa masih terfragmentasi).
b. Sebagian besar data agregat dan
sebagian kecil data individual.
c. Sebagian data sudah terkomputerisasi
dan sebagian masih manual.
d. Keamanan dan kerahasiaan data kurang
terjamin.
3.
Era Komputerisasi (mulai
2012)
a. Pemanfaatan data menjadi satu pintu
(terintegrasi).
b. Data inbdividual (disagregat).
c. Data dari Unit Pelayanan Kesehatan
langgsung diunggah (uploaded) ke bangk data di pusat (e-Helath).
d. Penerapan teknologi m-Health dimana
data dapat langsung diunggah ke bank data.
e. Keamanan dan kerahasiaan data terjamin
(memakai secure login).
f. Lebih cepat, tepat waktu dan
efisien.
g. Lebih ramah lingkungan.
L. Manajemen Data
Kesehatan
Manajenmen
Data adalah Rangkaian
kegiatan pengelolaan data mulai dari kegiatan pencatatan, pengumpulan,
pengolahan, analisis data hingga menjadi suatu informasi. Tahapannya dari
Manajemen data adalah
1.
Pencatatan Data
2.
Pengumpulan Data
3.
Pengolahan Data termasuk didalamnya analisis data
4.
Penyajian/visualisasi Data
5.
Pemantauan dan Umpan Balik
M. Sistem Aplikasi Daerah
Dalam upaya mengatasi fragmentasi
data, Pemerintah sedang mengembangkan aplikasi yang disebut Sistem Aplikasi
Daerah (Sikda) Generik. Sistem Informasi Kesehatan berbasis Generik mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Input pencatatan dan pelaporan berbasis elektronik atau
computerized.
2.
Input data hanya dilakukan di tempat adanya pelayanan
kesehatan (fasilitas kesehatan).
3.
Tidak ada duplikasi (hanya dilakukan 1 kali).
4.
Akurat, tepat, hemat sember daya (efisien) dan transfaran.
Tejadi pengurangan beban kerja sehingga petugas memiliki waktu tambahan untuk
melayani pasien atau masyarakat.
5.
Data yang dikirim (uploaded) ke pusat merupakan data
individu yang digital di kirim ke bank data nasional (data warehouse).
6.
Laporan diambil dari bank data sehingga tidak membebani
petugas kesehatan di Unit pelayanan terdepan.
7.
Puskesmas dan Dinas Kesehatan akan dilengkapi dengan
peralatan berbasis komputer.
8.
Petugas akan ditingkatkan kompetensinya melalui pelatihan
untuk menerapkan Sikda Generik.
9.
Mudah dilakukan berbagai jenis analisis dan assesment pada
data.
10. Secara bertahap akan diterapkan 3
aplikasi Sikda Generik yaitu Sistem Informasi Manajemen Kesehatan, Sistem
Informasi Dinas Kesehatan dan
N. Kegiatan Manajemen Data
Kegiatan
manajemen data mencakup :
1.
Pengumpulan data
Data yang telah
terkumpulkan dan yang diperlukan sebaiknya dikumpulkan atau dicatat dalam
sebuah formulir yang dapat kita sebut dengan dokumen sumber yang berfungsi
sebagai masukan atau inputan bagi system.
2.
Integritas dan
pengujian
Terlebih dahulu data
yang telah terkumpulkan tersebut diperiksa dahulu untuk meyakinkan konsistensi
dan akurasinya berdasarkan peraturan – peraturan dan kendala yang telah
ditentukan sebelumnya.
3.
Penyimpanan
Sebaiknya data disimpan pada suatu media, seperti media magnetic atau piringan magnetic.
Sebaiknya data disimpan pada suatu media, seperti media magnetic atau piringan magnetic.
4.
Pemeliharaan
Data baru ditambahkan , data yang sudah ada diubah dengan sewajarnya dan data yang sudah tidak dibutuhkan lagi dapat dihapus hal ini berguna agar sumber daya data tetap mutakhir maka dibutuhkan pemeliharaan.
Data baru ditambahkan , data yang sudah ada diubah dengan sewajarnya dan data yang sudah tidak dibutuhkan lagi dapat dihapus hal ini berguna agar sumber daya data tetap mutakhir maka dibutuhkan pemeliharaan.
5.
Keamanan
Pentingnya menjaga keamanan data adalah untuk mencegah kehancuran, kerusakan, atau penyalahgunaan data
Pentingnya menjaga keamanan data adalah untuk mencegah kehancuran, kerusakan, atau penyalahgunaan data
6.
Organisasi
Data yang sudah terkumpulkan sebaiknya disusun sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan informasi pemakai.
Data yang sudah terkumpulkan sebaiknya disusun sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan informasi pemakai.
7.
Pengambilan
Maksudnya data telah tersedia bagi para pemakai.
Maksudnya data telah tersedia bagi para pemakai.
O. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
Sistem pengelolaan
data/informasi terkait pada Sistem Manajemen dan Prosedur Kerja instansi
mendukung pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi.
Guna mendukung Pengembangan SIK berbasis database berikut langkah-langkah yang akan ditempuh :
Guna mendukung Pengembangan SIK berbasis database berikut langkah-langkah yang akan ditempuh :
1.
Meninjau kembali Sistem yang ada
(Reviewing the existing system)
Langkah awal yang harus dilaksanakan
dengan meninjau kembali sistem yang ada dengan melihat apakah sistem saat ini
telah ada kita tidak dapat serta merata membangun sistem baru melainkan harus
melihat kedalam apakah saat ini sudah ada sistem yang dilaksanakan
2.
Menentukan kebutuhan data
(Defining data needs)
Langkah kedua yang kita laksanakan
ialah melihat setiap tingkatan administratif memiliki peran yang tidak sama,
sehingga kebutuhan data akan berbeda-beda. Tidak semua kebutuhan data dapat
dipenuhi melalui sistem pengumpulan data rutin. Data yang jarang dikumpulkan
atau hanya diperlukan untuk suatu kecamatan tertentu dapat diperoleh melalui
penelitian atau survei menggunakan sampel.
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
alur data (Determining the data flow)
Langkah
ketiga yang kita lakukan yaitu melihat faktor-faktor yang mempengaruhi alur
data dimana tidak semua data yang terkumpul pada puskesmas tertentu harus di
kirim ke Dinas Kesehatan diatasnya. Data paling rinci disimpan sebagai arsip
ditempat yang telah ditentukan, penyampaian laporan ke Dinas Kesehatan
sebaiknya sesuai dengan kesepakatan bersama data apa yang harus dikirim.
4.
Desain pengumpulan dan cara
pelaporan data (Designing the data collection and reporting tools)
Langkah keempat mendesain
pengumpulan dan cara pelaporan data. Prinsip yang perlu kita penuhi guna
mendesain pengumpulan dan cara pelaporan data yaitu : Staf yang bertugas untuk
mengisi formulir laporan harus mempunyai pemahaman yang baik mengenai maksud
dari formulir tersebut. Sekiranya Pengumpulan dan pelaporan data sefektif mungkin,
sederhana dan lengkap.
5.
Pengembangan prosedur pemerosesan
data (Developing procedures for data processing)
Langkah kelima Mengembangkan
prosedur pemerosesan data dimana data Sistem Informasi yang kita rencanakan
diproses secara konsisten sesuai dengan tujuan pengumpulan, perencanaan,
analisis dan pemanfaatan data.
6.
Mengembangkan program pelatihan
(Developing the training programme)
Langkah keenam Mengembangkan program
pelatihan dengan tunjuan meningkatkan sumber daya pelaksana dengan merancang
pelatihan sesuai dengan tingkatan pengetahun pengelola.
7.
Ujicoba sistem (Pre-testing the
system)
Salah satu tahapan penting dalam
pengembangan suatu Sistem Informasi yaitu Uji coba sistem sebelum
diimplementasikan, suatu sistem harus diujicoba pada kondisi yang mencerminkan
kondisi sebenarnya.
8.
Monitoring dan Evaluasi pada
sistem (Monitoring and evaluating the system)
Tujuan dari monitoring dan evaluasi
tidak hanya fokus pada mencari kesalahan dan kekurangan pada sistem tetapi
terhadap aspek-aspek lain yang mendukung secara tidak langsung. Cara ini sangat
baik dilaksanakan untuk dapat mengidentifikasi kesalahan yang terjadi pada
pelaksanaan uji coba suatu sistem.
9.
Mengembangkan mekanisme diseminasi
dan umpan balik data (Developing data dissemination and feedback mechanisms)
Cara efektif untuk memotivasi para
pengolah data pada level terendah seperti Puskesmas adalah dengan terus menerus
memberikan umpan balik baik positif dan negatif mengenai data yang telah mereka
hasilkan.
10. Mengembangkan
sistem informasi dan manajemen kesehatan (Enhancing the Health Management
Information Systems)
Pengembangan sistem informasi
manajemen kesehatan akan selalu berkembang, dimana para pelaku yang terlibat di
bidang ini akan selalu mencoba untuk mengembangkannya mengikuti trend yang ada.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi
kesehatan merupakan sebuah sarana sebagai penunjang pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada masyarakat. Sistem informasi kesehatan yang efektif memberikan
dukungan informasi bagi proses pengambilan keputusan di semua jenjang, bahkan
di puskesmas atau rumah sakit kecil sekalipun. Bukan hanya data, namun juga
informasi yang lengkap, tepat, akurat, dan cepat yang dapat disajikan dengan
adanya sistem informasi kesehatan yang tertata dan terlaksana dengan baik.
B.
Saran
Rumah sakit merupakan salah satu
institusi pelayanan umum di bidang kesehatan dimana membutuhkan keberadaan suatu sistem
informasi yang akurat, handal, serta cukup memadai untuk meningkatkan
pelayanannya kepada para pasien serta lingkungan yang terkait lainnya. Oleh kerena
itu setiap Rumah sakit hendaknya memiliki
Sistem
Informasi yang lengkap, cepat, terpercaya, dan memenuhi standar yang sudah
ditetapkan oleh UUD. Dimana semua itu bertujuan untuk membantu para pengelola
program kesehatan, kemudian dalam pengambilan kebijakan dan keputusan dalam
setiap pelaksanaan.
DAFTAR PUSTAKA
Fuad, Anis. 2006. Informatika Kesehatan Masyarakat. Sistem Informasi
Manajemen Kesehatan. UGM : Yogyakarta.
Kadir, Abdul. 2003. Pengenalan Sistem Informasi. Andi :
Yogyakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu
dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar