BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kondisi
terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di dalam tubuh ibunya, suhu tubuh fetus
selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan dengan ibunya sudah terputus dan
neonatus harus mempertahankan suhu tubuhnya sendiri melalui aktifitas
metabolismenya.Perubahan kondisi terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di
dalam tubuh ibunya, suhu tubuh fetus selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan
dengan ibunya sudah terputus dan neonatus harus mempertahankan suhu tubuhnya
sendiri melalui aktifitas metabolismenya.
Semakin
kecil tubuh neonatus, semakin sedikit cadangan lemaknya. Semakin kecil tubuh
neonatus juga semakin tinggi rasio permukaan tubuh dengan massanya. Temperatur
rektal biasanya lebih rendah 1-2 oF atau 0,556- 1,112 oC di banding suhu inti
tubuhnya. Suhu membran timpani sangat akurat karena telinga tengah mempunyai
sumber vascular yang sama sebagaimana vaskular yang menuju hipotalamus.
Suhu
permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan perubahan suhu lingkungan.
Sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun pada pediatrik,
pengaturan tersebut masih belum matang dan belum efisien. Oleh sebab itu pada
pediatrik ada lapisan yang penting yang dapat membantu untuk mempertahankan
suhu tubuhnya serta mencegah kehilangan panas tubuh yaitu rambut, kulit dan
lapisan lemak bawah kulit. Ketiga lapisan tersebut dapat berfungsi dengan baik
dan efisien atau tidak bergantung pada ketebalannya. Sayangnya sebagian besar
pediatrik tidak mempunyai lapisan yang tebal pada ketiga unsur tersebut.
Transfer
panas melalui lapisan pelindung tersebut dengan lingkungan berlangsung dalam
dua tahap. Tahap pertama panas inti tubuh disalurkan menuju kulit. Tahap kedua
panas tubuh hilang melalui radiasi, konduksi, konveksi atau evaporasi.
Semakin
kecil tubuh neonatus, semakin sedikit cadangan lemaknya. Semakin kecil tubuh
neonatus juga semakin tinggi rasio permukaan tubuh dengan massanya. Temperatur
rektal biasanya lebih rendah 1-2 oF atau 0,556- 1,112 oC di banding suhu inti
tubuhnya. Suhu membran timpani sangat akurat karena telinga tengah mempunyai
sumber vascular yang sama sebagaimana vaskular yang menuju hipotalamus
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian hipotermi ?
2. Bagaimana
anatomi-fisiologi hipotermi ?
3. Bagaimana
tanda dan gejala klinis hipotermi ?
4. Apa
penyebab terjadinya hipotermi ?
5. Bagaimana
mekanisme kehilangan panas pada BBL ?
6. Bagaimana
patofisiologi hipotermi ?
7. Apa
saja jenis-jenis hipotermi ?
8. Bagaimana
penatalaksanaan hipotermi ?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian hipotermi
2. Untuk
mengetahui anatomi-fisiologi hipotermi
3. Untuk
mengetahui tanda dan gejala klinis hipotermi
4. Untuk
mengetahui penyebab terjadinya hipotermi
5. Untuk
mengetahui mekanisme kehilangan panas pada BBL
6. Untuk
mengetahui patofisiologi hipotermi
7. Untuk
mengetahui jenis-jenis hipotermi
8. Untuk
mengetahui penatalaksaan hipotermi
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian
Ada beberapa definisi
mengenai hipotermia antara lain:
1. Hipotermia adalah keadaan
dimana seorang bayi baru lahir gagal mempertahankan suhu tubuh dalam batasan
normal 36,5-37,5ºC.
2. Hipotermia adalah keadaan
dimana seorang bayi baru lahir mengalami atau berisiko mengalami penurunan suhu
tubuh terus-menerus dibawah 35, 5ºC per rektal karena peningkatan kerentanan
terhadap faktor-faktor eksternal.
3. Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh
untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin.
B.
Anatomi Fisiologi
Suhu normal pada neonatus berkisar antara 36,50C - 37,50C
pada suhu ketiak. Gejala awal hipotermia apabila suhu < 360C atau
kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin,
maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 320C - < 360C).
Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 320C. Untuk mengukur
suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading
termometer) sampai 250C. Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia
dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.
Yang
menjadi prinsip kesulitan sebagai akibat hipotermia adalah meningkatnya
konsumsi oksigen (terjadi hipoksia), terjadinya metabolik asidosis sebagai
konsekuensi glikolisis anaerobik, dan menurunnya simpanan glikogen dengan
akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak dengan turunnya berat badan yang
dapat ditanggulangi dengan meningkatkan intake kalori.
C.
Tanda
dan Gejala Klinis
Berikut beberapa gejala bayi terkena hipotermia,yaitu
:
1.
Suhu tubuh bayi turun dari normalnya.
2.
Bayi tidak mau minum atau menetek.
3.
Bayi tampak lesu atau mengantuk saja.
4.
Tubuh bayi teraba dingin.
5.
Dalam keadaan berat denyut jantung bayi menurun dan
kulit tubuh mengeras (sklerema).
6.
Kulit bayi berwarna merah muda dan terlihat sehat.
7.
Lebih diam dari biasanya.
8.
Hilang kesadaran.
9.
Pernapasannya cepat.
10.
Denyut nadinya melemah.
11.
Gangguan penglihatan.
12.
Pupil mata melebar (dilatasi) dan tidak bereaksi.
Tanda-tanda
klinis hipotermia:
1.
Hipotermia sedang:
a. Kaki teraba dingin
b. Aktifitas berkurang, letargis
c. Kemampuan menghisap
lemah
d. Tangisan lemah
e. Kulit berwarna tidak
rata atau disebut kutis marmorata
2.
Hipotermia berat
a. Sama dengan hipotermia
sedang
b. Pernafasan lambat tidak
teratur
c. Bibir dan kuku kebiruan
d. Bunyi jantung lambat
e. Mungkin timbul
hipoglikemi dan asidosisi metabolic
f. Risiko untuk kematian
bayi
3.
Stadium lanjut hipotermia
a. Muka, ujung kaki dan
tangan berwarna merah terang
b. Bagian tubuh lainnya
pucat
c. Kulit mengeras, merah
dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan
(sklerema)
Menurut
tingkat keparahannya, Gejala Klinis hipotermia dibagi menjadi 3 ,
1.
Mild atau ringan
a.
Sistem saraf pusat: amnesia, apati, terganggunya
persepsi halusinasi
b.
Cardiovaskular: denyut nadi cepat lalu berangsur
melambat, meningkatnya tekanandarah,
c.
Penafasan: nafas cepat lalu berangsur melambat,
d.
Saraf dan otot: gemetar, menurunnya kemampuan
koordinasi otot
2.
Moderate, sedang
a.
Sistem saraf pusat: penurunan kesadaran secara
berangsur, pelebaran pupil
b.
Cardiovaskular: penurunan denyut nadi secara berangsur
c.
Pernafasan: hilangnya reflex jalan nafas(seperti
batuk, bersin)
d.
Saraf dan otot: menurunnya reflex, berkurangnya respon
menggigil, mulai munculnya kaku tubuh akibat udara dingin
3.
Severe, parah
a.
Sistem saraf pusat: koma,menurunnya reflex
mata(seperti mengdip
b.
Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara
berangsur, menghilangnya tekanan darah
sistolik
c.
Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen
d.
Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya
reflex perifer
D.
Etiologi Hipotermi
Berikut penyebab
terjadinya penurunan suhu tubuh pada bayi :
1.
Jaringan lemak subkutan tipis.
2.
Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.
3.
Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.
4.
BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil)
pada reaksi kedinginan. (Indarso, F, 2001).
5.
Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko
tinggi mengalami hipotermi. ( Klaus, M.H et al, 1998)
6.
Ketika bayi baru lahir tidak segera dibersihkan, terlalu cepat
dimandikan, tidak segera diberi pakaian, tutup kepala, dan dibungkus,
diletakkan pada ruangan yang dingin, tidak segera didekapkan pada ibunya,
dipisahkan dari ibunya, tidak segera disusui ibunya.
7.
Bayi berat lahir rendah yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang
dari 2,5 kg atau bayi dengaan lingkar lengan kurang dari 9,5 cm atau bayi
dengan tanda-tanda otot lembek, kulit keriput.
8.
Bayi lahir sakit seperti asfiksia, infeksi sepsis dan sakit berat.
Neonatus
mudah sekali terkena hipotermi yang disebabkan oleh:
1.
Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi
dengan sempurna
2.
Permukaan tubuh bayi relatif lebih luas
3.
Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan
menyimpan panas
4.
Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakainnya
agar dia tidak kedinginan
5.
Keadaan yang menimbulkan
kehilangan panas yang berlebihan, seperti lingkungan dingin, basah, atau bayi
yang telanjang,cold linen, selama
perjalanan dan beberapa keadaan seperti mandi, pengambilan sampel darah, pemberian
infus, serta pembedahan. Juga peningkatan aliran udara dan penguapan.
6.
Ketidaksanggupan menahan panas,
seperti pada permukaan tubuh yang relatif luas, kurang lemak, ketidaksanggupan
mengurangi permukaan tubuh, yaitu dengan memfleksikan tubuh dan tonus otot yang
lemah yang mengakibatkan hilangnya panas yang lebih besar pada BBLR.
7.
Kurangnya metabolisme untuk menghasilkan panas,
seperti defisiensi brown fat,
misalnya bayi preterm, kecil masa kelahiran,
kerusakan sistem syaraf pusat sehubungan dengan anoksia, intra kranial
hemorrhage, hipoksia, dan hipoglikemia
E.
Mekanisme Kehilangan
Panas pada BBL
a.
Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas
melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Bayi
yang diletakkan di atas meja, tempat tidur atau timbanganyang dingin akan cepat
mengalami kehilangan panas tubuh akibat proses konduksi
b.
Konveksi
Konveksi adalah kehilangan panas
yang terjadi pada saat bayi terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin.
Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan dalam ruangan yang dingin akan cepat
mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga dapat terjadi jika ada tiupan
kipas angin, aliran udara atau penyejuk ruangan.
Suhu udara di kamar bersalin
tidak boleh kurang dari 20 0C dan sebaiknya tidak berangin. Tidak
boleh ada pintu dan jendela yang terbuka. Kipas angin dan AC yang kuat harus
cukup jauh dari area resusitasi. Troli resusitasi harus mempunyai sisi untuk
meminimalkan konveksi udara sekitar bayi.
c.
Evaporasi
Evaporasi adalah cara kehilangan
panas yang utama pada tubuh bayi. Kehilangan panas terjadi karena meguapnya
cairan ketuban pada permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh bayi tidak
segera dikeringkan. Hal yang sama dapat terjadi setelah bayi dimandikan. Bayi
baru lahir yang dalam keadaan basah kehilangan panas dengan cepat melalui cara
ini. Karena itu bayi harus dikeringkan seluruhnya, termasuk kepala dan rambut,
sesegera mungkin setelah dilahirkan. Lebih baik lagi menggunakan handuk hangat
untuk mencegah kehilangan panas secara konduksi.
d.
Radiasi
Radiasi adalah kehilangan panas
yang terjadi saat bayi yang ditempatkan dekat benda yang mempunyai temperatur
tubuh lebih rendah dari temperatur tubuh bayi. Bayi akan mengalami kehilangan
panas melalui cara ini meskipun benda yang lebih dingin tersebut tidak
bersentuhan langsung dengan tubuh bayi.
F.
Patofisiologi
1.
Hipoglikemi
2.
Asidosis metabolik, karena vasokonstrtiksi perifer
denganmetabolisme anaerob.
3.
Kebutuhan oksigen yang
meningkat.
4.
Metabolisme
meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.
5.
Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan
pulmonal yang menyertai hipotermi berat.
6.
Shock.
7.
Apnea.
8.
Perdarahan Intra Ventricular.
G. Jenis-jenis Hipotermi
Beberapa jenis hipotermia, yaitu
1.
Accidental hypothermia terjadi ketika suhu tubuh inti
menurun hingga <35°c.>
2.
Primary accidental hypothermia merupakan hasil dari
paparan langsung terhadap udara dingin pada orang yang sebelumnya sehat.
3.
Secondary accidental hypothermia merupakan komplikasi
gangguan sistemik (seluruh tubuh) yan serius. Kebanyakan terjadinya di musim
dingin (salju) dan iklim dingin.
Berdasarkan kejadiannya, hipotermia
dibagi atas:
1.
Hipotermia sepintas
Yaitu
penurunan suhu tubuh 1–2 derajat Celsius sesudah lahir. Suhu tubuh akan menjadi
normal kembali sesudah bayi berumur 4-8 jam, bila suhu lingkungan diatur
sebaik-baiknya. Biasanya hal ini terdapat pada BBLR, hipoksia (suatu keadaan
dimana suplai oksigen tidak mencukupi untuk keperluan sel, jaringan atau
organ), ruangan tempat bersalin yang dingin, bila bayi tidak segera dibungkus
setelah lahir, terlalu cepat dimandikan (kurang dari 4 jam sesudah lahir), dan
pemberian morfin pada ibu yang sedang bersalin.
2.
Hipotermia akut
Terjadi
bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6-12 jam. Umumnya terdapat
pada bayi dengan BBLR di ruang tempat bersalin yang dingin, inkubator yang
tidak cukup panas, kelalaian terhadap bayi yang akan lahir, yaitu diduga mati
dalam kandungan tetapi ternyata hidup dan sebagainya. Gejalanya adalah lemah,
gelisah, pernapasan dan bunyi jantung lambat serta kedua kaki dingin. Terapi
yang dilakukan adalah dengan segera memasukkan bayi ke dalam inkubator yang
suhunya telah diatur menurut kebutuhan bayi dan dalam keadaan telanjang supaya
dapat diawasi dengan teliti.
3.
Hipotermia sekunder
Penurunan
suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh suhu lingkungan yang dingin, tetapi oleh
sebab lain seperti sepsis, sindrom gangguan pernapasan dengan hipoksia atau
hipoglikemia, perdarahan intra-kranial tranfusi tukar, penyakit jantung bawaan
yang berat, dan bayi dengan BBLR serta hipoglikemia. Pengobatannya ialah dengan
mengobati penyebabnya, misalnya dengan pemberian antibiotik, larutan glukosa,
oksigen, dan sebagainya. Pemeriksaan suhu tubuh pada bayi yang sedang mendapat
tranfusi tukar harus dilakukan beberapa kali karena hipotermia harus diketahui
secepatnya. Bila suhu tubuh bayi sekitar 32 derajat Celsius, tranfusi tukar
harus dihentikan untuk sementara waktu sampai suhu tubuh menjadi normal
kembali.
4.
Cold injury
Yaitu
hipotermia yang timbul karena terlalu lama dalam ruangan dingin (lebih dari 12
jam). Gejalanya ialah lemah, tidak mau minum, badan dingin, suhu berkisar
antara 29,5–35 derajat Celsius, tak banyak bergerak, edema, serta kemerahan
pada tangan, kaki, dan muka seolah-olah bayi dalam keadaan sehat; pengerasan
jaringan subkutis.
H.
Pencegahan
Hipotermi
Pemberian panas yang
mendadak, berbahaya karena dapat terjadiapnea
sehingga direkomendasikan penghangatan 0,5-1°C tiap jam (pada bayi < 1000
gram penghangatan maksimal 0,6 °C). (Indarso, F. 2001). Alat-alatInkubator Untuk bayi < 1000 gram, sebaiknya diletakkan dalam inkubator.
Bayi-bayi tersebut dapat
dikeluarkan dari inkubator apabila tubuhnya dapattahan terhadap suhu lingkungan
30°C. Radiant Warner Adalah alat yang digunakan
untuk bayi yang belum stabil atau untuk tindakan-tindakan. Dapat menggunakan
servo controle (dengan menggunakan probe untuk kulit) ataunon servo controle (dengan mengatur suhu yang
dibutuhkan secara manual).
Menurut Indarso, F (2001) menyatakan bahwa
pengelolaan bayi hipotermi :
1. Bayi cukup bulan:
a.
Letakkan BBL pada Radiant
Warner.
b.
Keringkan untuk menghilangkan
panas melalui evaporasi.
c.
Tutup kepala.
d.
Bungkus tubuh segera.
e.
Bila stabil, dapat segera rawat gabung sedini mungkin setelah
lahir bayi dapat disusukan.
2. Bayi sakit:
a.
Seperti prosedur di atas.
b.
Tetap letakkan pada radiant warmer sampai stabil. Bayi
kurang bulan (prematur)
c.
Masukkan ke
inkubator dengan servo controle atau radiantwarner dengan servo controle.
3. Bayi yang sangat kecil:
a.
Dengan radiant warner yang diatur dimana suhu kulit
36,5°C. Tutup kepala. Kelembaban 40-50%. Dapat diberi plastik padaradiant
warner. Dengan servo controle suhu kulit abdomen36,5°C. Dengan dinding double.
b.
Kelembaban 40-50% atau lebih (bila kelembaban sangat tinggi,
dapat dipakai sebagai sumber infeksi dan kehilangan panas berlebihan).
Bila temperatur sulit dipertahankan, kelembaban dinaikkan. Temperatur
lingkungan yang dibutuhkan sesuai umur dan
berat bayi
I.
Penatalaksanaan
Neonatus dengan Resiko Tinggi
Penatalaksanaan
Neonatus Resiko Tinggi : Mempertahankan SuhuTubuh Untuk Mencegah Hipotermi
Menurut Indarso, F (2001) menyatakan bahwa untuk
mempertahankan suhu tubuh bayi dalam
mencegah hipotermi adalah :
Mengeringkan
bayi segera setelah lahir Cara ini merupakan salah satu dari 7 rantai hangat:
a.
Menyiapkan tempat melahirkan yang hangat, kering
dan bersih.
b.
Mengeringkan tubuh
bayi yang baru lahir/ air ketuban segera setelah lahir dengan handuk yang
kering dan bersih.
c.
Menjaga bayi
hangat dengan cara mendekap bayi di dada ibu dengan keduanya diselimuti (Metode Kangguru).
d.
ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar
dapat merangsang rooting reflex dan bayi memperoleh kalori dengan :
1)
Menyusui bayi.
2)
Pada bayi kurang bulan yang belum
bisa menetek ASIdiberikan dengan sendok atau
pipet.
3)
Selama memberikan ASI bayi dalam
dekapan ibu agar tetap hangat.
e.
Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam
perjalanan pada waktu rujukan.
f.
Memberikan penghangatan pada bayi baru lahir secara mandiri.
g.
Melatih semua orang yang terlibat dalam
pertolongan persalinan. Menunda memandikan bayi lahir sampai suhu tubuh
normal Untuk mencegah terjadinya serangan dingin, ibu/keluarga dan penolong
persalinan harus menunda memandikan bayi.
1)
Pada bayi lahir sehat yaitu cukup bulan, berat <
2500gram, langsung menangis kuat, memandikan bayi ditunda 24 jam setelah
kelahiran. Pada saat memandikan bayi, gunakan air hangat.
2)
Pada bayi lahir dengan resiko,
keadaan umum bayi lemah atau bayi dengan berat lahir 2000 gram sebaiknya
jangan dimandikan. Tunda beberapa hari sampai
keadaan umum membaik yaitu bila suhu tubuh stabil, bayi sudah lebih kuat dan dapat menghisap ASI dengan baik.
J.
Penanganan
Hipotermi
Beberapa cara untuk menangani hipotermi pada bayi adalah:
1. Bayi yang mengalami hipotermi biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan
yang harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi didalam inkubator atau
melalui penyinaran lampu.
2. Cara lain
yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan setiap orang ialah metode dekap, yaitu bayi diletakkan telungkup dalam dekapan ibunya
dan keduanya diselimuti agar bayi senantiasa hangat.
3. Bila tubuh
bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang diseterika terlebih dahulu yang digunakan untuk
menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukan berulang kali sampai tubuh bayi
hangat. Tidak boleh memakai buli-buli panas, bahaya luka bakar.
4. Biasanya
bayi hipotermi menderita hipoglikemia sehingga bayi harus diberi ASI sedikit-sedikit dan sesering mungkin. Bila
bayi tidak dapat menghisap beri infus glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hipotermia
adalah keadaan dimana seorang bayi baru lahir gagal mempertahankan suhu tubuh
dalam batasan normal 36,5-37,5ºC. Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh
untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin.
Hipotermia
bisa menyebabkan hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah), asidosis
metabolik (keasaman darah yang tinggi) dan kematian.Tubuh dengan cepat
menggunakan energi agar tetap hangat, sehingga pada saat kedinginan bayi
memerlukan lebih banyak oksigen. Karena itu, hipotermia bisa menyebabkan
berkurangnya aliran oksigen ke jaringan.
B.
Saran
1.
Bidan dan tenaga kesehatan lainnya
Dalam
memberikan asuhan kebidanan harus sesuai standar manajemen kebidanan, sehingga
masalah yang dihadapi klien teratasi.
2.
Klien
Klien
hendaknya bersifat kooperatif dengan tenaga kesehatan dan mengikuti segala
saran dan nasehat dari tenaga kesehatan.
3.
Pembaca
Kami
menyarankan supaya pembaca tidak hanya berpatokan pada makalah kami ini
saja untuk dijadikan bahan belajar. Alangkah baiknya bila para pembaca mencari
bahan-bahan yang berkaitan dengan makalah kami ini pada buku sumber yang lain
atau pada media lainnya. Sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan para
pembaca tentang Hipotermi.
DAFTAR PUSTAKA
Sudarti.
2010. Kelainan dan Penyakit pada Bayi dan Anak. Cetakan Pertama. Yogyakarta :
Nuha Medika
Sudarti
dan Afroh F. 2012. Buku Ajar : Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak
Balita.Cetakan I. Yogyakarta : Nuha Medika
Saifuddin,
Abdul Bari (ed). 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Cetakan Keduabelas. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Varney,
Helen. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Jakrta: EGC
Prawirohardjo,
Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo
http://www.scribd.com/doc/82458946/makalah-Hipotermi,
diunduh pada tanggal 11 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar